Pages

Thursday 31 January 2019

Uji Efektifitas Pestisida Slow Release Bahan Dasar Ekstrak Tembakau Terhadap Hama Gudang Corcyra Cephalonica


Oleh : Dita Widi Atmaja

PENDAHULUAN

Produk pascapanen  merupakan  bagian  tanaman  yang dipanen  dengan  berbagai  tujuan  terutama  untuk memberikan  nilai  tambah  dan  keuntungan  bagi petani maupun konsumen (Wagianto, 2008). Produk pascapanen    yang  disimpan di  dalam  gudang tradisional  maupun  gudang  modern  sering mendapat  gangguan  dari  serangga  hama. Gangguan tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan  dan  kehilangan  berat bahan.

Menurut  FAO  (1974) dalam Manueke(1993)  Kerusakan  pada  bahan  pascapanen  atau bahan  simpanan  sangat  berarti  dan  mempunyai nilai penting dalam arti ekonomi karena: (1) bahan tersebut  siap dikonsumsi,  (2)  menghabiskan  biaya yang  cukup  banyak  yaitu  mulai  dari  pembenihan, pengolahan tanah,  penanaman,  pemeliharaan  dan panen. Jadi,  kerusakan  yang  sedikit  pada  bahan pascapanen  sudah  merupakan  kerugian  yang besar  dibandingkan  dengan  serangan  organisme pengganggu  pada  tanaman  dipertanaman.  Selain itu  akibat  lain  dari  adanya  infestasi  yang mengakibatkan  terjadinya  perubahan  pada  bahan pascapanen  seperti  perubahan  warna  dan  rasa serta  bau  yang  tidak  enak  atau terkontaminasi dengan  penyakit  yang  terbawa  oleh  organisme tersebut.
Serangga  yang  paling  banyak  anggotaanggotanya sebagai hama pascapanen adalah dari ordo  Coleoptera, ordo  Lepidoptera,  ordo Hymenoptera,  dan  ordo  Hemiptera. Dari  keempat ordo  serangga  tersebut  Ordo  Coleoptera  adalah kelompok  serangga  yang  terbanyak  memiliki anggota-anggotanya  sebagai  hama  pascapanen (Pranata,1982; Munro, 1986). Menurut Pranata (1982), beberapa hama penting yang merusak komoditi beras di Indonesia antara lain, Sitophilus  oryzae (Coleoptera; Curculionidae), Rhizopertha  dominica (Coleoptera; Bostrychidae), Tribolium  castaneum (Coleoptera; Tenebrionidae), Cryptolestes  ferrugineus (Coleoptera; Cucujidae), Tenebroides mauritanicus (Coleoptera;  Trogosstidae),  dan Corcyra cephalonica (Lepidoptera; Pyralidae).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran terhadap bahaya lingkungan yang ditimbulkan oleh pestisida kimia, keinginan untuk menciptakan pestisida alami (bio-pesticide) mengalami peningkalan. Sampai saat ini sebagian besar pestisida yang beredar di pasaran mengandung bahan aktif berbahaya seperti klorpyrifos, irnidacloprid, phoxim, fanvalerate, dan diazinon. Penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya secara luas  sangat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan (FQPA, 1996; NRC,1993; Wright, dkk., 1994). Selain itu, kimia berbahaya tersebut juga mengancam kualitasair di berbagai area (Johnson. 1994). Pemanfaatan pestisida alami sebagai sebuah teknologi alternatif dalam program Pengendalian Hama Gudang Penyimpanan Hasil PanenTerpadu (Integrated StoredPest Control) sangat potensial diusulkan sebagai pengganti dari penggunaan pestisida kimia yang telah diketahui memiliki dampak negatif sangat luas bagi sistem ekologi pertanian dan manusia(Whitten, 1992). Pemanfaatan biopestisida yang ramah lingkungan, diharapkan memiliki spektrum yang sangat luas mencakup pengendalian seluruh serangga hama yang menyerang produk pertanian yang disirnpan. Salah satu bahan alam yang dilaporkan memiliki aktifitas pestisida adalah tanaman tembakau.

METODE PENELITIAN

            Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan biopestisida yang efektif dari bahan limbah tembakau di kebun PTPN X.   Pengambilan ekstrak tembakau dilakukan dengan mengacu pada metode analisa nikotin sesuai SNI 01-7134-2006 yang telah dimodifikasi dengan tujuan untuk mendapatkan nikotin cair. Aplikasi ekstrak cair tembakau dilakukan dengan cara diuapkan dengan elektronik vaporizer. Pengujian dilakukan didalam ruangan dengan luas 25 M².  Bahan tembakau yang diekstrak adalah limbah tanaman tembakau milik kebun di PTPN X yang berupa pucuk dan bunga tembakau yang sudah dikeringkan terlebih dahulu. Hama gudang yang digunakan adalah Corcyra cephalonica dalam fase imago. Percobaan terdiri dari 1 perlakuan (perlakuan uap ekstrak tembakau) dan 1 kontrol (tanpa perlakuan) dilakukan dengan 3 ulangan. Masing-masing ulangan dengan 20 serangga uji. Semua perlakuan diamati setiap 30 menit, dicatat jumlah penggerek batang yang mati. Elektronik vaporizer dinyalakan selama 6 jam untuk mengetahui volume ekstrak tembakau yang menguap selama 6 jam. Alat yang digunakan antara lain; kerodong, elektronik vaporizer dan alat tulis.
HASIL dan PEMBAHASAN

Teknologi yang digunakan dalam melakukan ekstrak tembakau cukup sederhana, dengan metode ini akan didapatkan ekstrak berupa nikotin cair dengan harapan nikotin cair ini dapat diaplikasikan secara diuapkan menggunakan elektronik vaporizer. Cara aplikasi ekstrak tembakau ini merupakan suatu inovasi baru dengan harapan dapat melindungi dari serangan hama pasca panen dalam waktu yang lama.
Pada pelaksanaan percobaan, imago dari Corcyra cephalonica diletakan didalam kerodong dari bahan kelambu dengan tujuan serangga tidak terbang sehingga dapat diketahui angka kematiannya. Percobaan dilakukan dengan membandingkan antara kerodong yang didekatkan dengan ekstrak tembakau yang diuapkan dengan kerodong yang tidak diaplikasi pestisida (gambar 1)


Gambar 1. Kerodong berisi imago Corcyra cephalonica dengan perlakuan ekstrak tembakau yang diuapkan



Setelah dilakukan pengamatan selama 3 jam 30 menit maka didapatkan rata-rata kematian Corcyra cephalonica sebagai berikut (tabel 1)



Percobaan menunjukan semua Corcyra cephalonica dengan perlakuan ekstrak tembakau pada semua ulangan mati setelah 3 jam 30 menit sedangkan pada kontrol semua Corcyra cephalonica tetap hidup setelah 3 jam 30 menit. Hasil ini menunjukan bahwa pemanfaatan ekstrak tembakau dengan cara diuapkan dapat digunakan sebagai cara pengendalian hama gudang khususnya pada imago Corcyra cephalonica. Penggunaan ekstrak tembakau dengan diuapkan di gudang penyimpanan diharapkan dapat mencegah terjadinya perkawinan atau peletakan telur dari hama gudang khususnya Corcyra cephalonic, dengan pencegahanan ini berarti dapat mencegah kerusakan hasil panen yang disebabkan dari larva Corcyra cephalonica.  Percobaan ini dilakukan dalam ruangan seluas 25 m², untuk uji efektifitas dengan ruangan yang lebih luas masih perlu dilakukan percobaan lanjutan. Setelah elektronik vaporizer dinyalakan dalam waktu 6 jam larutan ekstrak tembakau berkurang 0.4 ml sehingga diharapkan larutan sebanyak 48 ml dapat dipakai selama 30 hari.

KESIMPULAN
Pada perlakuan ekstrak tembakau dengan cara diuapkan menunjukan 20 imago Corcyra cephalonica mati dalam 3 jam 30 menit setelah aplikasi pada semua ulangan sedangkan pada kontrol semua imago Corcyra cephalonica tetap hidup setelah 3 jam 30 menit.

Dalam waktu 6 jam setelah aplikasi, larutan ekstrak tembakau berkurang 0.4 ml sehingga diharapkan larutan sebanyak 48 ml dapat dipakai selama 30 hari. Hal ini menjadikan penggunaan ekstrak tembakau dengan cara ini sebagai aplikasi biopestisida slow release.
DAFTAR PUSTAKA
Wagianto,  2008. http://www.fkm.undip.ac.id/data/ index.php?action=4&idx=508.  Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.
Manueke,  J.  1993.  Kajian  Pertumbuhan  Populasi Sitophilus  oryzae dan Tribolium castaneum dan  Kerusakan  yang Ditimbulkannya Pada Tiga Varietas Beras. Tesis  S2 Program  Pasca  Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Munro, J. W. 1986. Pest of Stored. Hutchinson and Co. Ltd. London 45 – 58 p.;

Pranata,  I.  R.  1982. Masalah  Susut  Akibat Serangan  Hama  Pascapanen.  Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Coaching Pengendalian  Hama  Gudang.  Cisama. Bogor.

FQPA (Food Quality Protection Act). 1996. IPM Practitioner18(10):10-13.

Johnson. W2004. DiazinonandPesticideRelated Toxicity in Bay Area Urban Creeks: Water Quality Attainment Strategy and Total Maximum Daily Load (TMDL). Final Project Report. California Regional Water Quality Board San Francisco Bay Region, March 2004, 1515 Clay St.Oakland.CA.120pp

Whitten.M.J. 1992, Pest managementin 2000: whatwemightlearn from the twentieth century,p. 9-44. dalam A.A.S.A Kadir (ed), Pest managementand the environment in 2000 CAB.I. Wallingford.