Pages

Thursday 21 February 2013

Mendulang Gula dengan Bud Chips


Oleh : Ir. Budiarto, MMA 


PENDAHULUAN   
Apa sih budchips itu ? Bud chips itu bibit tebu berupa mata tunas yang diambil dari bibit tebu. Cara ini sudah pernah dilaksanakan di P3GI Pasuruan, namun tidak  dapat berkembang. Budchips yang dimaksud adalah bud chips Columbia, yang diadopsi dari Columbia hasil studi banding anggota DPRD Jatim tahun 2011. Untuk produksi TG di sana rata-rata 136 ku hablur/Ha sedangkan untuk bibit pergandaannya 1 : 100, luar biasa!



Berangkat dari itu,Direksi PTPN X berupaya keras untuk dapat menerapkan teknologi bud chips secepatnya dalam skala luas. Sosialisasi pun dilakukan dengan sungguh-sungguh, baik melalui instruksi, seminar, workshop maupun ekspose selalu menampilkan tentang bud chips. Tanggapannya luar biasa, menjadikan gaungnya seantero nusantaraItu tercermin dari adanya permintaan pelatihan di Riset Gula Jengkol (RGJ)/Puslit Gula Jengkol seperti dari PTPN II Medan, Balittas Malang, BPTP Jateng, BBP2TP Jatim, kursus petani Jaya Cane Indonesia, dan petani perorangan serta pemesanan peralatan bud chips dari berbagai kalangan. Saat ini RGJ kebanjiran order peralatan bud chips, seperti alat Hot Water Treatment (HWT) dan mesin bor dari Puslitbang Perkebunan Bogor dan CV. Jaya Mandiri Malang masing-masing  5 unit HWT dan 5 unit mesin bor untuk Puslitbangbun Bogor dan unit HWT dan 2 unit mesin bor untuk CV. Jaya Mandiri  Malang.
Upaya keras itu dilakukan untuk mendongkrak kinerja on farm guna mengimbangi kinerja off farm yang sudah baik. Rendahnya on farm di lahan sawah menyebabkan animo menanam tebu berkurang. Hal ini terjadi karena opportunity cost lahan sawah untuk tebu lebih rendah dibanding tanaman non tebu sehingga apabila produktivitas tanaman tebu rendah dan atau harga tanaman non tebu tinggi maka petani akan beralih ke tanaman lainnya.
Realitas di lapang bagaimana ? Hasilnya masih bervariasi yang secara umum belum memenuhi harapan. Biangnya harus dikaji lebih lanjut, maklum studi bandingnya sekedar ngintip“, sehingga informasi yang diperoleh sangat terbatas dan tidak lengkap. Benarkah semangat, motivasi, dan stamina penanaman bud chips mulai menurun ?
Penulisan bud chips ini dimaksudkan untuk membantu memecahkan sebagian persoalan yang ada dan sekaligus menggugah kembali semangat dan motivasi terhadap bud chips, sehingga hasilnya sesauai harapan.

PERFORMA DI LAPANGAN

Pembibitan Bud Chips
Bibit budchips, pada umumnya masih kurang baik, mutu bervariasi dan cenderung belum memenuhi standar. Sebagai gambaran disampaikan data pengamatan jumlah bibit bud chips jadi di seed tray yang dilakukan di Riset Gula Jengkol tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Percobaan pengaruh berbagai perlakuan terhadap pertumbuhan bud chips
No.
Uraian
Jumlah Bud Chips hidup
Persentase
1.
SOP Bud Chips PTPN X
248
83%
2.
Perlakuan Atonik+Nordoc+Tanah Steril
95
32%
3.
Perlakuan HWT+Nordoc
195
65%
4.
Perlakuan HWT
209
70%
5.
Perlakuan Atonik+Nordoc
172
57%

Berdasarkan tabel di atas, hasil terbaik sesuai SOP pembibitan bud chips PTPN X. SOP pembibitan bud chips PTPN X kelihatannya belum bisa diterapkan sepenuhnya di unit karena berbagai kendala, sehingga mutunya bervariasi.
Kecuali itu hasil sortasi mutu bibit bud chips dari beberapa pabrik gula di HGU Jengkol sebanyak 138.170 BC hasilnya adalah : KW1 = 75.444 BC (55%), KW2 = 19.142 BC (14%), BS (Barang Sortiran) 26.398 BC (19%) dan  mati 17.186 BC (12%), boleh dikatakan mutu bibit bud chips tidak seragam. Penangkaran bibit tanaman bud chips sekitar 1 : 25 jauh di bawah harapan 1 : 60, sehingga berpengaruh terhadap pola dan penyediaan bibit secara keseluruhan.
Untuk pembuatan bibit bud chips kendalanya berupa peralatan HWT, mesin bor pengambil mata tunas beserta sumber listriknya dan ukuran serta ketersediaan seed tray. Pembuatan bud chips di tingkat petani ada kendala sumber bibit berkualitas, sumber listrik guna pengoperasian HWT dan mesin bor.

Tanaman  bud chips di kebun
Hasil pengamatan jumlah anakan/batang di kebun sekitar 4-5 batang/BC dan atau terjadi kematian yang tinggi dimana yang tadinya bisa mencapai 15 – 20 anakan/BC tetapi tinggal sekitar 6 batang/BC. Sedangkan untuk tanaman bud chips, keragaannya kurang baik kondisi tebunya tidak merata dan bergelombang.
Jumlah batang per bud chips Columbia pada kebun dengan penggunaan 9.000 BC/Ha dan PKP 165 dengan dosis konvensional, hasilnya untuk lahan kurang subur hanya sekitar 3 batang/BC dan yang relatif subur sekitar 6 batang/BC. Jumlah batang per bud chips pada kebun dengan PKP 90 dan jumlah bibit 22.000/Ha tanaman bud chips Columbia dan bud chips India dengan dosis konvensional di RGJ MT 2011/2012 hasil jumlah batang 5-6 per bud chips sedangkan produksi tebunya masing-masing  1.479 Ku/Ha dan 1.450 Ku/Ha.
Taksasi Desember tanaman bud chips tebu varietas Cokro, PKP 165, jumlah bibit 12.120 BC/Ha, dengan dosis pupuk (220 kg/ha + P2O5 133 kg/ha K2450 kg/ha dan  dosis pupuk (160 kg/ha + P2O5 72 kg/ha + K2O 120 kg/ha)yang menonjol dari aPotong batang induk 4 minggu setelah tanam taksasi produksi tebu 1.850 Ku/Ha, b. Jarak antar bud chips 60 cm (10.100 BC/Ha) tebu 1.750 Ku/Ha, c. Jarak antar bud chips 50 cm (12.120 BC/Ha) tebu 1.725 Ku/Ha, d. Nutrimas tebu 1.550 Ku/Ha, e. Mikoriza+Trichoderma (produk Penelitian Tembakau Klaten) tebu 1.500 Ku/Ha, sedangkan f. Dosis pupuk (160 kg/ha + P2O5 72 kg/ha + K2O 120 kg/ha) dengan jumlah bibit 12.120 BC/Ha taksasi tebunya 1.275 Ku/Ha.  
Untuk penanaman bud chips di kebun masih perlu dikaji lebih jauh lagi. Adapun kendala yang masih dirasakan pada saat ini adalah PKP, jumlah bud chips per hektar, mutu bud chips itu sendiri, pemupukan, kondisi lahan, pengairan, dan pemeliharaan lainnya. Mutu bibit bud chips rendah, diindikasikan oleh keragaan tidak seragam, sehingga apabila penanamannya dicampur maka keragaan tanaman di kebun juga tidak rata dan bergelombang. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan standar lama, perlu dikaji lebih jauh. Apabila sasaran populasi adalah 90.000-110.000 batang/ha atau bobot tebu 1.650 – 2.000 Ku/Ha, dengan menggunakan bibit bud chips (10.000-12.000/Ha ), standar pemupukan perlu disesuaikan dengan populasinya.

Ketersediaan air selama 3 bulan sejak tanam sering tidak terpenuhi karena infrastruktur pengairan yang tidak memadai. Pada saat ini petani cenderung menggunakan air bawah tanah dengan pompa kebun akan tetapi biaya operasionalnya sangat mahal. Pekerjaan kebun lainnya juga sangat penting seperti drainase, pengendalian gulma dan hama penyakit tetapi pada umumnya kurang mendapatkan perhatian. Patusan umum di desa-desa sekarang ini pada umumnya kurang terurus sehingga menyebabkan drainase tidak lancar.


Gambar 1. Percobaan pemotongan batang induk bud chips varietas Cokro skala kecil (satu perlakuan satu leng) di kebun Penelitian Gula Jengkol.



TELAAH DAN SOLUSI BUD CHIPS

Pembibitan Bud Chips
Persyaratan bibit bud chips berkualitas, yaitu sehat (bebas penyakit Ratoon Stunting Disease/RSD, luka api, hama penggerek ), murni, seragam dan cukup umur 2 – 3  bulan. Sedangkan persyaratan untuk sumber bibit adalah varietas unggul, murni, benar, sehat dan cukup umur (7 - 8 bulan). 
Semua jenjang bibit menggunakan bud chips, dengan urutan dari G0 dari kultur jaringan, dalam bentuk bagal mikro untuk bibit G1 (KBP), dibuat bud chips untuk G2 (KBN), dibuat bud chips untuk G3 (KBI) dan dibuat bud chips lagi untuk G4 (KBD). Apabila pergandaan bibit G2 – G4 bisa mencapai 1: 60 maka pembibitan di tingkat G2 untuk seluruh PG lebih baik di sentral di Penelitian Gula Jengkol.
Adanya keragaman mutu bibit bud chips misalnya KW1 = 55%, KW2 = 14%, BS = 19%, dan mati 12% kemungkinan disebabkan pelaksanaannya yang tidak sesuai SOP. Pada pembuatan bud chips ini ada pekerjaan seleksi yang seharusnya dilakukan dengan baik mulai dari penebangan bibit, sortasi saat pengambilan mata dan saat pemindahan dari bedengan ke seed tray. Kecuali itu ukuran bedengan semai juga harus ideal, sedangkan untuk seed tray diletakan di atas bedengan beralaskan plastik,  untuk menghindari tumbuhnya akar  ke dalam bedengan.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut adalah dengan penggunaan peralatan standard, pengoperasian alat sesuai instruksi kerja dan dalam pelaksanaannya sesuai SOP bud chips PTPN X, disertai dengan seleksi mutu di setiap kegiatan tahap pekerjaan.



Penanaman di Kebun
Kata kunci penanaman di kebun yaitu pertunasan cepat, serentak, seragam, dan millable cane > 10 batang per bud chips, yang diperoleh melalui PKP, jumlah bud chips/ha, manajemen perakaran, nutrisi, air dan pemeliharaan lainnya yang memadai.
Untuk mendapatkan pertunasan tersebut maka mutu bibit bud chips harus baik. Untuk merangsang pertunasan perlu dilakukan perlakuan potong batang induk bud chips setelah tanam, pengaturan jarak antar bud chips (JAB), perlakuan secara kimia (Thiourea, NAA, CaCl2), dan secara biologi (Mikoriza dan Trichoderma), serta  pekerjaan penting lainnya seperti pengolahan tanah, pengairan dan sistem drainase harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Jenis dan jumlah nutrient atau hara sesuai sasaran populasi, dengan mengacu pada penelitian Memet Hakim dari Emha Training CenterBandung bahwa setiap 1 ton tebu menyerap hara nitrogen 1,0 kg, phospor 0,6 kg, dan kalium 2,25 kg. Kecuali itu air harus tersedia cukup minimal selama 3 bulan sejak penanaman sesuai kebutuhan tanaman dan tahap pekerjaan kebun.
Keragaan tanaman yang tidak rata dan bergelombang disamping disebabkan oleh mutu bibit juga oleh keragaman kesuburan tanah. Realitas di kebun Penelitian Gula Jengkol MT 2011/2012 pengamatan jumlah bud chips dan tinggi batang pada umur 6 bulan di kebun dan petak yang sama, untuk tanah relatif subur  dan yang kurang subur hasilnya sangat berbeda. Kondisi ini disebabkan oleh mutu bibit, kondisi lahan, pemupukan, pengairan, dan pemeliharaan lain yang belum optimal.
Hasil taksasi Desember tertinggi dari tanaman bud chips yang dilakukan pemotongan batang induk 4 MST  produksi tebunya mencapai 1.850/Ha (107% terhadap kontrol) sedangkan kontrol 1.725 Ku/Ha. Adapun faktor determinannya adalah jumlah batang per bud chips yaitu 9 (102%) vs 8 batang per bud chips, tinggi  batang 325 cm (98%) vs 328 cm dan diameter batang 30 mm (107%) vs 28 mm sebagai kontrol. Kontribusi pemotongan batang induk sekitar 7% terhadap produksi tebu.
Hasil taksasi Desember tertinggi pada tanaman yang menggunakan bahan kimia adalah Nutrimars dengan produksi tebu 1.500 Ku/Ha (89%) vs kontrol 1.725 Ku/Ha akan tetapi masih di bawah kontrol.
Hasil taksasi Desember dengan penggunaan bud chips 9.045 - 20.200 BC/Ha produksinya 1.550 – 1.750 Ku/Ha, berkisar 100 – 112% terhadap kontrol. Sedangkan penggunaan bibit 10.100 - 20.000 BC/Ha kisaran taksasi tebunya tebu 1.750 - 1.725 Ku/Ha, relatif sama berkisar 112 % vs kontrol dengan faktor determinan jumlah batang 96.247/Ha (95%), jumlah batang/BC 10 (125%), tinggi batang 332 cm (101%) dan diameter 30 mm (113%) vs kontrol. Jumlah batang per bud chips berkolerasi dengan penggunaan jumlah bud chips per hektar, yang mana semakin sedikit penggunaan bud chips maka jumlah batang per bud chips semakin banyak dan sebaliknya.
Hasil taksasi Desember dengan dosis pupuk  N 220 kg/ha + P2O5 135 kg/ha + K2O 450 kg/ha dan penggunaan bibit bud chips 12.120 BC/Ha produksi tebunya 1.725 Ku/Ha (136%) vs kontrol 1.275 Ku/Ha, sedangkan yang dipupuk dengan  dosis N 160 kg/ha + P2O5 72 kg/ha + K2O 120 kg/ha. Adapun yang menjadi faktor determinannya adalah jumlah batang 101.808/Ha (121%), jumlah batang 8 per bud chips (121%), tinggi batang 328 cm (115%) dan diameter 28 mm (97%) vs kontrol. Dengan tambahan pupuk N 60 kg/ha, P2O5 15 kg/ha, dan K2O 330 kg/ha dapat menambah bobot tebu 450 Ku/Ha. Dosis pupuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan tebu mencapai 36 % di atas kontrol.

Usaha Tani Tanaman
Kata kunci adalah optimalisasi penggunaan sumber daya yang ada untuk memperoleh hasil yang setingi-tingginya melalui kepemimpinan biaya yang tepat. Penggunaan semua sumber daya yang bersifat ekonomi seperti tanah, bibit, pupuk, air dan pekerjaan lain harus efektif dan efisien sehingga dapat mengahsilkan produk dengan HPP rendah.
Hasil analisa usaha tani tanaman yang dilakukan pemotongan batang induk 4 MST, selisih biaya Rp 300.000,-/Ha (0,5%), HPP Gula PTR Rp 587.000/Ku,- (95%) dan SHU Rp 44.154.000,-/Ha (117%) vs kontrol, sedangkan untuk penggunaan bibit bud chips 10.100/Ha selisih biaya biaya Rp. 650.000,-/Ha (12%), HPP Gula PTR Rp. 576.000/Ku,- (90%), dan  SHU Rp. 42.870.000,-/Ha (132%) vs kontrol (9.045 BC/Ha).
Hasil analisa usaha tani tanaman yang dipupuk dengan dosis pupuk N 220 kg/ha + P2O5 135 kg/ha + K2O 450 kg/ha, selisih biaya Rp 4.620.000,-/Ha (9%), HPP Gula PTR Rp. 625.000/Ku,- (82%) dan SHU Rp. 37.385.000,-/Ha (2117%) vs kontrol (dosis pupuk N 160 kg/ha + P2O5 72 kg/ha + K2O 120 kg/ha.
          Dari data di atas maka HPP gula terendah $ 60/Ku dan pendapatannya (SHU) adalah $ 4512/Ha, didapat dari penggunaan jumlah bud chips 10.100/Ha, sedangkan kalau dilihat dari SHU tertinggi $ 4647/Ha dan HPP gulanya $ 61/Ku adalah tanaman dengan pemotongan batang induk 4 MST.


RAKITAN PENGUSAHAAN TANAMAN BUD CHIPS COLUMBIA

Analisa Usaha Tani
Sasaran
Poduksi Gula >145 Ku/Ha, HPP gula tingkat kebun < $ 60/Ku dan SHU > $ 4.000/Ha untuk 1 musim tanam/giling di lahan sawah.

Pembibitan Bud chips
Sasaran : pergandaan > 60 kali
Asal bibit untuk semua jenjang (G2 – G3) dari varietas unggul yang berkualitas sesuai standar mutu  bibit. Pembuatan bud chips sesuai SOP bud chips PTPN X yang sudah ada. Penanamn kebun bibit seperti tebu giling, akan tetapi tanpa pemupukan P & K, tanpa gulud dan klentek (SOP bibitan). Pengendalian hama dan penyakit pada kebun bibit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.


Tanaman Bud Chips Tebu Giling
Secara prinsip rakitan tanaman bud chips, adalah  :
-       penggunaan bibit bud chips berkualitas dari kebun G4 (setingkat KBD),
-       Pusat Ke Pusat (PKP) 165, jumlah bibit 10.000 - 12.000 BC/Ha, Jarak Antar Bud Chips (JAB) 50 – 60 cm single planting dan dilakukan potong batang induk 4 minggu setelah tanam,
-       Dosis pupuk mengacu pada penelitian Memet Hakim dari Emha Training Center, Bandung  bahwa  setiap 1 ton tebu menyerap hara nitrogen 1,0 kg, phospor  0,6 kgdan kalium 2,25 kg.
-       Pemupupukan dasar SP 36 dan kompos dilakukan sebelum tanam, pemupukan I :  50% dosis N dalam bentuk Urea dan K2O, sedangkan sisanya sebagai pupuk II diberikan pada 1 bulan setelah pupuk I.
 Pengairan cukup sampai umur 3 bulan sesuai kondisi tanaman dan pekerjaan lain seperti pengolahan, pengendalian gulma, hama/penyakit, dan drainase harus dilakukan dengan baik.



KESIMPULAN

Faktor determinan dari jumlah batang/bud chips, jumlah batang/ha, tinggi batang dan diameter batang dipengaruhi oleh jenis dan dosis pupuk, jumlah penggunaan bud chips/ha, pemotongan batang induk setelah tanam, sedangkan penggunaan jumlah bibit bud chips/ha tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi tebu/ha.
Impian itu dapat digapai dengan rakitan tanaman bud chips yang secara garis besar sebagai berikut : PKP 165 cm, penggunaan bibit bud chips berkualitas, jumlah bibit 10.000 - 12.000 BC/Ha, pemupukan N 220 kg/Ha, P2O5 135 kg/Ha, K2O 300 kg/ha, kompos > 5 ton/hapengolahan tanah dalam, pengairan cukup minimal 3 bulan sejak tanaman serta pemeliharaan lainnya yang memadai.
Dengan rakitan tanaman bud chips tersebut, maka di lahan sawah memungkinkan untuk dapat mendulang gula 145 kg/ha dengan HPP Gula < $ 60/ku dan SHU $ 4.000/haUsaha tebu di lahan sawah mempunyai opportunity cost lebih kecil dibanding dengan tanaman non tebu (padi, jagung, dan palawija)  sehingga tidak kompetitif  manakala harga hasil non tebu cukup tinggi serta tidak mantap karena sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditi non tebu.
Apabila tanaman bud chips tidak dapat menuhi harapan petani, maka tebu di lahan sawah akan ditinggalkan dan beralih ke tanaman lainnya. Oleh karena itu, bila tanaman bud chips berhasil, maka dampaknya tidak hanya dapat bersaing dengan tanaman non tebu saja tetapi juga dapat bersaing dengan gula impor di era pasar global .