Pages

Tuesday 21 August 2018

Prediksi Produksi dan Rendemen Tebu Tahun 2019


Oleh: Purnomo Aji ( Kepala Puslit Gula Jengkol)

Perkembangan tanaman tebu di Indonesia termasuk industrinya cenderung stagnan atau tidak ada perkembangan yang signifikan, mulai dari jumlah areal tanaman tebu, sampai dengan produksi tebu dan rendemen bahkan cenderung mengalami penurunan.

Produksi dan rendemen tebu di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim, karena hampir tidak ditemukan sarana dan prasarana untuk menyesuaikan dengan perubahan iklim dan sangat tergantung dengan curah hujan, terutama ketersediaan air (irigasi dan drainase), pada curah hujan tinggi air tidak bisa dialirkan dengan sempurna keluar kebun (waterlogging) sedangkan pada saat curah hujan rendah tidak ada air yang bisa dialirkan kedalam kebun, hal ini disebabkan rusaknya sistem tata kelola lahan pertanian kita, dimana banyak lahan pertanian berubah fungsinya (berubah menjadi areal industry dan perumahan) sehingga merusak sarana irigasi dan drainase yang ada (tidak berfungsi dengan optimal), Pada kondisi seperti ini dipastikan produktivitas tanaman akan cenderung naik turun.

Seperti kita ketahui produktivitas tanaman tebu baik itu bobot tebu dan rendemen dipengaruhi oleh curah hujan (kebutuhan air), suhu, kelembaban dan radiasi sinar matahari disamping beberapa faktor yang lain seperti varietas, inputan dll)

Curah hujan yang ideal untuk tanaman tebu berkisar antara 1500-2500 mm pertahun, dengan distribusi curah hujan sesuai dengan fase pertumbauhan tanaman tebu. Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik/normal apabila pada masa pertumbuhan vegetative cukup mendapatkan air sampai umur 7 bulan dan pada saat menjelang panen mendapatkan waktu kering 2 – 4 bulan.

Pada daerah atau Negara yang tidak punya sistem irigasi dan drainase yang baik, pengaruh curah hujan akan sangat nyata berpengaruh, pada saat curah hujan tinggi maka produksi tebu akan naik namun rendemen akan turun dan sebaliknya, pada saat curah hujan rendah makan produksi tebu turun dan rendemen naik.

Suhu berpengaruh pada pertumbuhan dan pembentukan sukrosa, dimana sukrosa dibentuk pada siang hari dan akan ditimbun dalam batang tebu pada malam harinya dimulai dari batang paling bawah, perbedaan suhu antara suhu siang dan malam hari yang paling bagus kisaran 10 derajat celcius, pada suhu yang
tinggi akan menurunkan produksi tebu dan menaikkan rendemen dan sebaliknya pada suhu rendah akan meningkatkan produksi tebu dan menurunkan rendemen

Kelembaban udara berhubungan dengan uap air diudara, pada kelembaban yang tinggi atau lebih dari 70% kurang cocok untuk pertumbuhan tebu, karena dapat memicu pertumbuhan jamur, sehingga akan menurunkan rendemen maupun produktivitas tebu terutama pada jamur Sporisorium scitamineum penyebab luka api (smut). Kelembaban udara berkorelasi negative terhadap intensitas curah hujan. Semakin tinggi curah hujan maka kelembaban juga semakin turun dan sebaliknya.

Radiasi matahari diperlukan untuk proses fotosintesis, radiasi matahari dipengaruhi intensitas curah hujan dan penyebaran curah hujan (banyak sedikitnya awan), hubungan antara radiasi matahari dengan produksi (bobot) berbanding terbalik namun dengan rendemen berbanding lurus. Besar radiasi matahari dinyatakan dalam satuan Kal/cm2 berkisar +/- 350 Kal/cm2

Lalu bagaimana gambaran Produksi tebu dan rendemen tahun 2019??

Seperti yang dibahas diatas, wilayah Indonesia khususnya Jawa Timur produksi tanaman tebu sangat dipengaruhi oleh iklim, ditambah lagi tidak ada atau belum siapnya sarana dan prasarana untuk mengantisipasi perubahan iklim tersebut, yang akhirnya produktivitas tidak bisa stabil dan cenderung berfluktuasi (naik turun), hal ini juga didukung oleh komposisi varietas yang belum mampu beradapatasi dengan baik terhadap perubahan iklim, varietas yang ada seperti PS 862, PS 851, PS 881, PSJK 922, PSDK 923, dan BL cenderung hanya memiliki kemampuan adaptasi pada satu kondisi iklim (misal varietas BL Rendemen baik pada kondisi kering tapi tidak baik pada kondisi basah atau sebaliknya)

Produksi tanaman tebu tahun 2019 dipengaruhi oleh iklim pada tahun ini dan tahun yang akan datang, pada tahun ini (2018), saat masuk fase pertumbuhan vegetative jumlah curah hujan sangat sedikit dan suhu sangat tinggi, pada lahan yang hanya mengandalkan curah hujan akan sangat berpengaruh pada produksi, karena dapat dipastikan panjang batang akan mengalami stagnasi sehingga panjang batang tidak bisa optimal, sedangkan pada saat masuk fase pemasakan (juni sd September) diprediksi curah hujan akan masih tetap ada dan diperkirakan sama dengan tahun 2016 berkisar +/- 110 mm/bulan dan berpengaruh pada jumlah air dalam batang tebu sehinggga bobot tebu bisa optimal namun rendemen tidak bisa naik.

Dengan melihat realisasi produktivitas tebu ton/ha dan rendemen, dimana pada saat panen mengalami musim hujan yang berlebih selama 4 tahun ( 2007, 2010, 2013, dan 2016) dan belum adanya rencana dan aksi nyata untuk mengantisipasi perubahan iklim, maka diprediksi produktivitas tanaman tebu berkisar pada angka +/- 85 ton/ha dengan rendemen +/- 6,5 %

Secara total produksi tebu juga sangat dipengaruhi oleh jumlah luas areal, dan diprediksi tidak akan mengalami peningkatan dan cenderung mengalami penurunan diakibatkan oleh persoalan sosial ekonomi, seperti ketidaklancaran penjualan gula petani, harga gula dibawah biaya operasional, dialihkannya sebagian kuota pupuk subsidi untuk tanaman lain, dan Isu ditutupnya beberapa Pabrik gula yang sudah tidak efisien serta beralih pada komoditas tanaman lain yang lebih menguntungkan walaupun tidak mudah petani tebu beralih kekomoditas yang lain karena terkait dengan faktor kebiasaan dan keenganan petani tebu untuk memulai sesuatu yang baru dari awal.

Prediksi produktivitas dan rendemen tersebut diatas merupakan perkiraan apabila tidak ada kegiatan yang nyata untuk perbaikan pola budidaya, untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim ditahun 2019, tentu saja dapat diminimalkan kerugiannya dengan beberapa kegiatan, antara lain; menanam varietas yang bisa tahan pada beberapa kondisi (saat ini belum tersedia), maka yang bisa dilakukan adalah penataan komposisi varietas sehingga kestabilan produksi bisa tetap terjaga (karena tahun 2019 termasuk musim basah maka penanaman varietas dengan kemasakan lebih awal lebih diprioritaskan), pemberian air pada tahun 2018 (kondisi kering) diperlukan agar tebu tidak mengalami stagnasi, kemudian untuk mengantisipasi musim hujan yang panjang ditahun 2019 yang berakibat pada mundurnya waktu pemasakan tebu maka kebun wajib melakukan korah/pendalaman got agar air bisa dipatus dengan baik dan membuat kebun selalu kering, sehingga pemasakan dapat berjalan dengan baik. Bila diperlukan juga bisa dilakukan aplikasi ZPK (zat pemacu kemasakan) sehingga dapat memacu tebu untuk lebih cepat masak.

Selain itu, perlu dipersiapakan sarana dan prasarana panen (tebang), seperti jalan tebang dan angkutan yang tepat agar tingkat kehilangan dalam kebun bisa dihindari dan tebu dapat dipanen pada waktu yang tepat.


purnomoaji2000@gmail.com