Pages

Wednesday 26 September 2018

EFEKTIVITAS APLIKASI COTESIA FLAVIPES SEBAGAI MUSUH ALAMI HAMA PENGGEREK BATANG TEBU (CHILO SACCHARIPHAGUS)


Oleh : SABAR DWI KOMARRUDIN1)

Abstrak

Bergesernya dominasi spesies penggek batang pada tanaman tebu dari Chilo auricillius ke Chilo saccharipaghus mengharuskan adanya penambahan musuh alami untuk mengendalikan hama tersebut. Parasitoid ulat Cotesia flavipes pada penggerek batang tebu telah diintroduksikan dari PG Jatitujuh ke Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X pada Bulan Maret tahun 2017. Parasitoid ini dikembangbiakkan di Laboratorium Hayati, Pusat Penelitian Gula PT. Perkebunan Nusantara X. Setelah tiga bulan pembiakan di laboratorium, kokon dilepas ke kebun HGU PG Pesantren Baru, satu bulan kemudian parasiotoid tersebut ditemukan memparasit hama penggerek batang tebu. Uji efektivitas aplikasi C. flavipes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan parasitoid terhadap serangan hama penggerek batang. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dengan 3 ulangan. Yaitu T1 (Aplikasi Pias Trichogramma sp. (50 lbr/ha) dan Pias Cotesia flavipes (8 lbr/ha), T2 (Aplikasi Pias Trichogramma sp. (50 lbr/ha), dan T3 Kontrol (Tanpa Aplikasi Parasitoid). Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan penggerek batang pada umur tebu 9 bulan paling rendah pada perlakuan T1 yaitu 2,25% dan aplikasi Trichogramma spp ditambah Cotesia flavipes dapat menurunkan serangan hama penggerek batang sebesar 3,06 %

Kata Kuci: Chilo saccharipaghus, efektivitas, Cotesia flavipes



1.    PENGANTAR
Bergesernya dominasi spesies penggek batang pada tanaman tebu dari Chilo auricillius ke Chilo saccharipaghus mengharuskan adanya penambahan musuh alami untuk mengendalikan hama tersebut. Parasitoid ulat Cotesia flavipes pada penggerek batang tebu telah diintroduksikan dari PG Jatitujuh ke Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X pada Bulan Maret tahun 2017. Parasitoid ini dikembangbiakkan di Laboratorium Hayati, Pusat Penelitian Gula PT. Perkebunan Nusantara X. Setelah tiga bulan pembiakan di laboratorium, kokon dilepas ke kebun HGU PG Pesantren Baru, satu bulan kemudian parasiotoid tersebut ditemukan memparasit hama penggerek batang tebu.
Imago Cotesia flavipes berwarna hitam sehingga bisa disebut sebagai parasitoid hitam. Kaki dan antenanya pendek dan berwarna merah akan tetapi sebagian kaki belakangnya berwarna kecoklatan. Seperti pada umumnya serangga, antena imago jantan lebih panjang dibandingkan parasitoid betina. Tegulae, stigma dan vena sayap coklat kemerahan. Segmen abdomen pertama melebar di belakang. Ovipositor pada parasitoid betina pendek. Parasitoid betina dapat meletakkan telur hingga 20 butir dalam tubuh inang. Imago parasitoid dapat hidup 5 sampai 7 hari (Pinheiro dkk, 2010 dalam Budianto, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa C. sacchariphagus yang terparasit C. flavipes hanya larva dengan ukuran besar (instar 5, panjang> 1,5 cm). Larva dengan ukuran kecil maupun sedang tidak berhasil diparasit oleh C. flavipes (Purnomo, 2006).
Dengan adanya parasitoid C. flavipes diharapkan serangan hama penggerek batang dapat terkendali. Parasitoid merupakan serangga yang penting dalam teknik pengendalian hayati, hal ini dikarenakan dalam proses kehidupannya terdapat fase/tahapan dimana serangga parasitoid tersebut hidup didalam tubuh inangnya. Serangga parasitoid dapat memangsa telur, larva maupun serangga dewasa (imago).
Pengendalian secara hayati mempunyai beberapa keuntungan diantaranya yaitu: 1). relatif aman baik terhadap lingkungan maupun tidak menimbulkan keracunan terhadap manusia dan binatang ternak, 2). tidak menyebabkan hama sasaran menjadi resisten, 3). agen pengendali hayati bekerja secara selektif terhadap inangnya, dan 4). lebih murah dan dapat digunakan dalam waktu yang relatif panjang (Jumar, 2000).

1.    METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
 Penelitian ini dilaksanakan di Blok G28 Kebun HGU PG Pesantren Baru,  Plosoklaten, Kediri, Jawa Timur pada bulan September 2017 sd bulan Mei 2018.

2.2 Metode Pelaksanaan Percobaan
Pias Trichogramma spp dan Cotesia flavipes diperoleh dari pembiakan di Laboratorium Hayati, Pusat Penelitan Gula, PTPN X. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dengan 3 ulangan yaitu T1 (Aplikasi Pias Trichogramma spp. (50 lbr/ha) dan Pias Cotesia flavipes (8 lbr/ha), T2 (Aplikasi Pias Trichogramma spp. (50 lbr/ha), dan T3 Kontrol (Tanpa Aplikasi Parasitoid). Setiap perlakuan menggunakan lahan seluas 1 Ha.
Aplikasi pias Trichogramma spp dilakukan pada tanaman tebu umur 1 bulan diulang setiap minggu selama 8 minggu (1 lembar pias Trichogramma spp berisi +/- 2.000 ekor). Setelah itu dilakukan aplikasi pias C. flavipes setiap seminggu sekali selama dua minggu (1 lembar pias C. flavipes berisi +/- 50 ekor). Pias ditempatkan pada permukaan sebelah bawah daun. Atas dan bawah pias diolesi stempet pada kedua sisi helaian daun, guna melindungi telur dari semut atau predator lainnya
Pengamatan serangan Hama Penggerek Batang dilakukan pada umur tebu 3, 6, dan 9 bulan. Data yang diperoleh diuji menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata pada perlakuan, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan pada taraf nyata 5%, yaitu hasil pengamatan dibandingkan dengan hasil pengamatan pada perlakuan standar/kontrol.

1.    HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pembiakan Cotesia flavipes
Starter C. flavipes diperoleh dari PG Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat. Imago diinokulasikan pada larva Chillo Saccariphagus yang diperoleh dari lahan. Larva kemudian dipelihara selama +/- 10 hari menggunakan media sogolan tebu di dalam botol plastik. Media sogolan diganti tiap 2 hari sekali. Larva C. Saccariphagus yang terparasit C. flavipes akan mengalani kematian ketika larva C. flavipes  mulai tumbuh besar dan kemudian akan terbentuk Kokon. Kokon inilah yang dibuat pias dan diaplikasikan di kebun. Starter dipilih dari kokon yang mempunyai jumlah imago terbanyak, hanya imago betina yang bisa diinokulasikan ke larva C. Saccariphagus.

3.2 Serangan Hama Penggerek Batang
Dari hasil pengamatan serangan hama penggerek batang umur 3, 6, dan 9 bulan terlihat bahwa serangan hama penggerek batang tertinggi pada perlakuan kontrol dimana tidak ada aplikasi parasitoid di kebun, serangan penggerek batang pada umur 9 diatas ambang ekonomi (<5 batang="" di="" hama="" hanya="" i="" ini="" menggunakan="" parasitoid="" pengendalian="" penggerek="" ptpn="" selama="" x="">Trichogramma spp.
dapat menurunkan serangan sebesar 1,41 %, dengan adanya penambahan parasitoid C. flavipes  dapat menurunkan serangan sebesar 3,06% (Tabel 1).

4.    KESIMPULAN DAN SARAN
          Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1.   Serangan penggerek batang pada umur tebu 9 bulan paling rendah pada perlakuan T1 yaitu 2,25%.
2.  2 Aplikasi Trichogramma spp ditambah Cotesia flavipes dapat menurunkan serangan hama penggerek batang sebesar 3,06 %.


5.    DAFTAR PUSTAKA
Budianto. 2013. Uji Daya Parasitoid Cotesia flavipes Cam. (Hymenoptera: Braconidae) Pada Larva Chilo sacchariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) dan Chilo auricilius Dudg. (Lepidoptera: Crambidae) Di Laboratorium

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Purnomo. 2006. Parasitasi dan Kapasitas Reproduksi Cotesia flavipes Cameron (Hymenoptera: Braconidae) pada Inang dan Instar yang Berbeda di Laboratorium. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika

Sosromarsono. 2002. Peran Parasitoid Dalam Pengendalian Hama Terpadu. Makalah Pelatihan Identifikasi Parasitoid Secara Morfologi dan Molekular, PKPHT-HPT, IPB Bogor