Pages

Wednesday, 26 September 2018

UJI KETAHANAN VARIETAS TEBU PERCEPATAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA X TERHADAP HAMA PENGGEREK BATANG TEBU (CHILO AURICILIUS)


Oleh : SABAR DWI KOMARRUDIN1)



Abstrak

PT Perkebunan Nusantara X melakukan percepatan pengembangan varietas tebu sebagai upaya untuk meningkatkan produkstivitas tebu. Salah salu kendala yang dihadapi adalah adanya hama Penggerek batang. Penggerek batang tebu Chilo aurichilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae) menyebabkan kerugian cukup penting pada perkebunan tebu. Alternatif terbaik untuk pengendalian penggerek batang ini dalam skala luas adalah dengan menggunakan varietas tebu resisten dan menggunakan musuh alami sebagai agensia hayati. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membandingkan bobot larva, bobot kotoran, dan panjang gerekan penggerek batang tebu berkilat C. auricilius yang hidup pada varietas tebu JR 01, JR 02, JR 03, VMC 86 550, VMC 71-238 TLH 2, PSJT 95-301, PS 862 dan BL. Penelitian didahului dengan membiakkan larva C. auricilius di laboratorium, setelah umur 10 hari larva diinfestasikan ke batang tebu ruas ke-3 dan ke-4. Hasil percobaan menunjukkan bahwa varietas tebu percepatan PTPN X  relatif lebih tahan terhadap serangan hama C. auricilius dibandingkan dengan varietas PS 862 sebagai kontrolnya. Selisih bobot larva, bobot kotoran larva, dan panjang gerekan lebih tinggi pada ruas ke-4 dibanding ruas ke-3.

Kata Kuci: Chilo aurichilius, ketahanan, produktivitas



1.    PENGANTAR
PT Perkebunan Nusantara X melakukan percepatan pengembangan varietas tebu sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas tebu. Salah salu kendala yang dihadapi adalah adanya hama Penggerek batang. Penggerek batang tebu Chilo aurichilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae) menyebabkan kerugian cukup penting pada perkebunan tebu..
Data brigade proteksi PTPN X MT 2017/2018 menunjukkan serangan penggerek batang mencapai 2,93%. Penggerek tebu ini dilaporkan menyebabkan kerugian cukup penting pada perkebunan tebu di Provinsi Lampung. Serangan penggerek batang tebu pada perkebunan tebu PT GMP, Lampung Tengah, dilaporkan mencapai 6,43%, sementara pada varietas rentan kerusakan dapat mencapai 19 % (Sunaryo, 2003).
Perilaku biologi penggerek batang lebih banyak berada di dalam jaringan tanaman tebu sehingga hama ini sulit dikendalikan secara kimiawi. Alternatif terbaik untuk pengendalian penggerek batang tebu dalam skala luas adalah dengan menggunakan varietas tebu resisten dan menggunakan musuh alami sebagai agensia hayati. Salah satu tahapan penting dari proses seleksi varietas tebu yang akan dikembangkan menjadi varietas tahan adalah penelitian tentang bagaimana karakter biologi dari hama penggerek batang tebu yang diberi makanan dengan varietas-varietas tertentu. Dari pengujian awal ini diharapkan dapat diketahui apakah ada jenis-jenis tebu yang mempunyai efek kurang baik terhadap beberapa aspek biologi dari hama target. Indikator awal yang dapat digunakan untuk melihat efek dari tanaman tebu terhadap hama penggerek batang antara lain adalah bobot larva, bobot kotoran, dan panjang lorong gerekan yang dihasilkan. Indikator-indikator ini relatif mudah untuk diamati dan diukur tetapi sekaligus cukup representatif untuk mengetahui apakah hama target menyukai tanaman inangnya.
PTPN X telah mengembangkan laboratoroium yang memproduksi Trichrogramma spp dan Cotesia flavipes secara massal untuk dimanfaatkan dalam program pengendalian hayati penggerek batang. Parasitoid ini paling banyak digunakan dalam pengendalian hayati (Waage & Ming, 1984), khususnya dengan metode pelepasan inundatif (Corrigan & Lange, 1994).


2.    METODE PENELITIAN
2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hayati, Pusat Peneletian Gula, PTPN X, Plosoklaten, Kediri, Jawa Timur pada bulan Juli 2018.  

2.2 Metode Pelaksanaan Percobaan
Tujuh varietas tebu yang diuji dalam percobaan ini adalah JR 01, JR 02, JR 03, VMC 86 550, VMC 71-238, TLH 2, PSJT 95-301, dan 2 varietas kontrol PS 862 dan BL yang berumur tujuh bulan. Dari batang tebu ini dipilih ruas ke-3 dan 4 untuk digunakan sebagai pakan dari larva penggerek batang berkilat (C. auricilius) instar ke-3 (berumur sepuluh hari). Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan sembilan perlakuan (varietas tebu) dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali.
Larva C. auricilius yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari media aseptik, yaitu sogolan tebu berumur tiga sampai empat bulan yang dipotong-potong 8-10 cm dan disusun sedemikian rupa dalam tabung erlenmayer 1000 ml. Selanjutnya tabung erlenmayer disumbat dengan kapas, ditutup dengan plastik dan diikat dengan benang, lalu disterilisasi dengan menggunakan autoclave selama 1,5 jam pada suhu 1210 C dan tekanan 1 atm. Setelah disterilisasi, tabung erlenmayer berisi sogolan tebu dimasukkan ke dalam ruang steril yang disinari dengan lampu ultra violet dan disimpan selama 2-3 hari sebelum diinvestasikan dengan telur C. auricilius yang telah dipersiapkan oleh Laboratorium Hayati, Pusat Peneletian Gula, PTPN X.
Untuk setiap varietas yang diuji, 5 ekor larva C. auricilius diletakkan ke dalam potongan ruas tebu dan selanjutnya dimasukkan ke dalam gelas plastik yang telah diberi bagasse. Pada bagian dasar gelas diberi kertas saring yang berfungsi untuk menampung kotoran larva. Bagian atas gelas plastik ditutup dengan kain kasa. Empat hari setelah infestasi larva, dilakukan pengamatan dan pengukuran terhadap indikator percobaan, yaitu bobot larva, kotoran larva dan panjang gerekan larva. Penentuan bobot larva dilakukan dengan cara mengukur selisih dari bobot akhir larva dikurangi dengan bobot awalnya (satuan g/larva) dengan menggunakan timbangan digital. Bobot kotoran larva uji diukur dengan mengumpulkan seluruh kotoran larva dengan menggunakan kuas, sedangkan pengukuran panjang gerekan menggunakan benang dan dilakukan dengan cara menempelkan benang dari ujung awal liang gerekan hingga ujung akhir liang gerekan larva.
Data yang diperoleh diuji menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata pada perlakuan, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan pada taraf nyata 5%, yaitu hasil pengamatan dibandingkan dengan hasil pengamatan pada perlakuan standar/kontrol.

3.    HASIL DAN PEMBAHASAN
Varietas tebu Saccharum officinarum memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot larva C. auricilius. Larva C. auricilius yang diberi pakan tebu varietas BL (tahan) memiliki selisih bobot 0,03 dan 0,07 gram. Pertambahan bobot larva ini lebih rendah dibandingkan dengan yang terdapat pada varietas PS 862. Secara umum hasil ini memperlihatkan bahwa varietas BL relatif lebih tahan terhadap serangan hama C. auricilius. Varietas JR 01, JR 02, JR 03, VMC 71-238, TLH 2, PSJT 95-301 juga bisa dinyatakan tahan terhadap hama C. auricilius karena memilik selisih bobot larva dibawah varietas PS 862. Varietas VMC 86-550 menghasilkan perbedaan selisih bobot yang signifikan, yaitu 0,11 dan 0,18 gram. Hasil ini menunjukkan bahwa varietas VMC 86-550 relatif rentan terhadap serangan hama C. auricilius. Hal tersebut juga didukung dengan panjang gerekan yang yang lebih panjang dari varietas yang lain (tetapi tidak berbeda nyata terhadap kontrol PS 862).
Larva C. auricilius memiliki kesukaan menggerek batang tebu pada ruas ke-4 dibanding pada ruas ke-3, hal ini ditunjukkan  dengan nilai selisih bobot larva, bobot kotoran larva, dan penjang gerekan larva lebih besar pada ruas ke-4 dibading ruas ke-3 (Tabel 1).





4.   KESIMPULAN DAN SARAN
       Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1.   Varietas tebu percepatan PTPN X (Varietas JR 01, JR 02, JR 03, VMC 86 550, VMC 71-238, TLH 2, PSJT 95-301) secara umum relatif lebih tahan terhadap serangan hama C. auricilius dibandingkan dengan varietas PS 862 sebagai kontrolnya.
2.   Selisih bobot larva, bobot kotoran larva, dan panjang gerekan lebih tinggi pada ruas ke-4 dibanding ruas ke-3




5.    DAFTAR PUSTAKA

Corrigan, J.E. & J.E. Laing. 1994. Effects of the rearing host species and the host species attacked on performance by Trichogramma minutum Riley (Hymenoptera: richogrammatidae) Biological Control.

Sunaryo. 2003. Mempelajari Serangan Hama Penggerek Batang di Lapang pada Berbagai Varietas Tebu di Gunung Madu. Lampung Tengah.

Waage, J.K. & N.G.S. Ming. 1984. The reproductive strategy of a parasitic wasp I. Optimal progeny and sex allocation in Trichogramma evanescens. J. of Animal Ecology.