Pages

Wednesday 17 October 2018

PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA PAKAN BUATAN LARVA CHILO SACCHARIPHAGUS TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR


Oleh : 
SABAR DWI KOMARRUDIN1)
1)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X

Abstrak

Pada pembiakan parasitoid Cotesia flavipes sebagai musuh alami hama Penggerek Batang Tebu (Chilo saccharipaghus) menggunakan pakan buatan sebagai pengganti sogolan tebu. Jamur yang tumbuh pada media pakan buatan meyebabkan media pakan tidak bisa dipakai lagi. Selain merusak kandungan nutrisi media pakan, jamur juga menyebabkan pertumbuhan larva terganggu. Penambahan fungisida diharapkan mampu menekan pertumbuhan jamur yang ada pada media pakan sehingga pertumbuhan larva juga normal. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dengan 3 ulangan. yaitu T1 (Media Pakan + Fungisida berbahan aktif benomil), T2 (Media Pakan + Fungisida berbahan aktif flutriafol) dan T3 Kontrol (Media Pakan tanpa penambahan fungisida). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamur tidak tumbuh pada T1 dan pertumbuhan larva tidak terpengaruh dengan adanya penambahan fungisida.

Kata Kuci: fungisida, pakan, jamur, Cotesia flavipes , Chilo saccharipaghus


1.    PENGANTAR

Laboratorium Hayati Pusat Penelitain Gula, PT Perkebunan Nusantara X telah mengembangbiakkan parasitoid Cotesia flavipes sebagai musuh alami hama Penggerek Batang Tebu (Chilo saccharipaghus). Dalam pemeliharaan larva C. sacchariphagus masih menggunakan sogolan sebagai pakan alami, hal ini masih belum efisein. Pengantian pakan dilakukan dengan menggunakan pakan buatan. Ambarningrum (2001), menyatakan bahwa penyediaan serangga secara massal telah menjadi kegiatan rutin dalam penelitian pengendalian serangga hama, pengujian suatu insektisida, entomopatogen, parasitoid, maupun musuh alami, oleh karena itu dibutuhkan serangga uji dalam jumlah banyak dan tersedia secara berkesinambungan. Hal ini didukung oleh Gupta et al. (2005), yang menyatakan bahwa untuk melakukan pengujian dengan serangga maka harus ada jumlah yang cukup dari serangga yang diinginkan dan pemeliharaan dapat dilakukan dengan pakan alami maupun pakan buatan

Hal yang sangat berperan dalam penyediaan serangga uji dalam jumlah banyak dan tersedia secara berkesinambungan adalah pakan. Oomen (1982), menyatakan bahwa pakan berperan untuk menyediakan protein dan energi bagi kelangsungan berbagai proses dalam tubuh, memperbaiki jaringan tubuh yang rusak serta mengatur kelestarian proses tubuh dan kondisi lingkungan tubuh. Serangga mengkonsumsi dan menggunakan pakan yang dikonsumsinya untuk pertumbuhan, perkembangan, disimpan sebagai cadangan, pergerakan, pertahanan, dan reproduksi (Slansky, 1993). Komposisi pakan dapat mempengaruhi tabel hidup suatu organisme. Wibowo et al. (1995), menyatakan bahwa pada pakan yang kurang sesuai maka pertumbuhan dan proses reproduksi akan berjalan lebih.

Salah satu kendala dalam penyediaan pakan buatan adalah tumbuhnya Jamur. Jamur yang tumbuh pada media pakan buatan meyebabkan media pakan tidak bisa dipakai lagi. Selain merusak kandungan nutrisi media pakan, jamur juga menyebabkan pertumbuhan larva terganggu,, hal ini didukung oleh Zha & Cohen (2014), bahwa pertumbuhan jamur pada pakan larva dapat menurunkan kemampuan bertahan hidup .
Fungisida merupakan pestisida yang digunakan untuk membunuh jamur. Menurut Triharso (1994), berdasarkan fungsi kerjanya fungisida dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu: fungisida yang membunuh jamur (fungisidal), fungisida yang menghambat pertumbuhan jamur (fungistatik), dan fungisida yang mencegah sporulasi jamur (genestatik).
Penelitian ini bertujuan dengan adanya penambahan fungisida diharapkan mampu menekan pertumbuhan jamur yang ada pada media pakan sehingga pertumbuhan larva juga normal.

2.    METODE PENELITIAN

2.1  Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hayati, Pusat Peneletian Gula, PTPN X,  Plosoklaten, Kediri, Jawa Timur pada bulan Mei-Agustus 2018.  

2.2  Metode Pelaksanaan Percobaan
Media Pakan buatan dibuat berdasarkan  percobaan sebelumnya (Komarrudin, 2017). Media pakan buatan menggunakan bahan antara lain agar powder, ragi roti, glucose, sukrosa, sorbic acid, vit c, vit b kompleks, kacang hijau, bagas sogolan dan aquades. Bahan-bahan tersebut dimasak dan ditambahkan fungisida.
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dengan 3 ulangan. yaitu T1 (Media Pakan + Fungisida berbahan aktif benomil), T2 (Media Pakan + Fungisida berbahan aktif flutriafol) dan T3 Kontrol (Media Pakan tanpa penambahan fungisida). Media disimpan dalam kulkas selama 21 hari, kemudian dimasukkan LAF selama 1 hari, setelah itu dimasukkan telur C. sacchariphagus sebanyak 30 butir telur.

Data yang diperoleh diuji menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata pada perlakuan, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan pada taraf nyata 5%, yaitu hasil pengamatan dibandingkan dengan hasil pengamatan pada perlakuan standar/kontrol.

3      HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Pembiakan C. sacchariphagus
Larva C. sacchariphagus dibiakkan di Laboratorium Hayati, Pusat Penelitian Gula, PTPN X. Starter C sacchariphagus diperoleh dari kebun tebu Puslit Gula untuk dipelihara di laboratorium. Larva kemudian dipelihara selama +/- 10 hari menggunakan media sogolan tebu di dalam botol plastik. Media sogolan diganti tiap 2 hari sekali. Larva C. Saccariphagus akan menjadi pupa dan seterusnya imago. Imago dipilih antara betina dan jantan untuk dilakukan perkawinan. Perkawinan dilakukan dalam sangkar yang telah ditanam tebu sebagai tempat peletakan telur. Telur dipanen untuk dibiakkan lagi dalam media aseptik, yaitu sogolan tebu berumur tiga sampai empat bulan yang dipotong-potong 8-10 cm dan disusun sedemikian rupa dalam tabung erlenmayer 1000 ml. Selanjutnya tabung erlenmayer disumbat dengan kapas, ditutup dengan plastik dan diikat dengan benang, lalu disterilisasi dengan menggunakan autoclave selama 1,5 jam pada suhu 1210 C dan tekanan 1 atm. Setelah disterilisasi, tabung erlenmayer berisi sogolan tebu dimasukkan ke dalam ruang steril yang disinari dengan lampu ultra violet dan disimpan selama 2-3 hari sebelum diinvestasikan dengan telur C. sacchariphagus. Setelah 50-60 hari larva menjadi imago dan dilakukan perkawinan lagi, telur yang dihasilkan digunakan untuk penelitian.


Dari tabel diatas terlihat bahwa pada hari ketiga pada pada pakan buatan yang tidak diberi fungisida terkontaminasi jamur. Hal ini ditandaidengan adanya bercak-bercak putih pada pakan.Hari pertama dihitung saat media diinokulasi telur C. sacchariphagus.


Jamur atau kapang adalah nama lain dari fungi merupakan tanaman benang (Thallophyta) yang diketahui tidak berklorofil. Beberapa faktor akan mempengaruhi perkembangan jamur pada media pakan antara lain kandungan air dari produk yang disimpan, suhu ruangan penyimpanan dan periode penyimpanan (Rassyd, 2007).


Pencegahan dan pengendalian kontaminasi jamur pada tempat penyimpanan media pakan telah dilakukan dengan mengurangi kelembaban di bawah 70% dan menjaga suhu ruangan. Hal ini sesuai pendapat Reddy dan Waliyar (2008), suhu dan kelembabapn yang sesuai untuk pertumbuhan jamur berkisar 25-320C dengan kadar air 18% serta kelembaban optimal di atas 70%.
Selain faktor lingkungan di atas, penambahan fungisida dapat mencegah munculnya jamur. Pada perlakuan T1 dimana media pakan buatan ditambah fungisida bernahan aktif benomil jamur tidak muncul sama sekali. Menurut Sumardiyono et al.,(1995), beberapa fungisida sistemik yang berbahan aktif benomil dan metil tiofanat, telah diteliti dalam uji efikasi dan memberikan efektivitas yang cukup untuk menekan intensitas penyakit yang disebabkan oleh jamur.
Pertumbuhan larva diamati pada hari ke-40 setelah inokulasi telur C. sacchariphagus, pada media pakan tanpa penambahan fungisida tidak ada larva yang hidup. Hal ini dimungkinkan oleh adanya gangguan dari zat toksin dari jamur. Hal ini sesuai pendapat Reddy dan Waliyar (2008) bahwa Hasil metabolit jamur ada yang tidak berbahaya dan dimanfaatkan manusia serta ada pula yang dipandang merugikan dan berbahaya dikenal sebagai mikotoksin. Mikotoksin yaitu zat toksit atau toksin yang dihasilkan oleh jamur. Ambarningrum (2001) menyatakan, bahwa jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang menentukan faktor kematian larva.
Pada perlakuan T1 dan T2 dimana media pakan buatan ditambah fungisida menunjukkan pertumbuhan larva diatas 85%. Maldonado & De Polonia (2010) menyatakan bahwa suatu komposisi pakan buatan untuk serangga dianggap baik apabila memberi persentase bertahan hidup sampai menjadi stadia serangga dewasa atau viabilitas larva lebih dari 70%. Selain itu komposisi pakan buatan yang baik dapat menyebabkan masa stadia larva lebih singkat, jumlah instar lebih sedikit, dan  memberi berat larva dan pupa lebih tinggi.


3      KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
3.1  Jamur tidak tumbuh pada perlakuan media pakan ditambah fungisida berbahan aktif benomil.
3.2  Pertumbuhan larva tidak terpengaruh dengan adanya penambahan fungisida.

4      DAFTAR PUSTAKA

Ambarningrum, T.B. (2001) Tabel hidup ulat grayak (Spodoptera litura) (Lepidoptera : noctuidae) dalam kondisi laboratorium. J. Sains Teknol. 7:21 – 28.

Gupta, G.P., Rani, S., Birah, A. and Raghuraman, M. (2005) Improved artificial diet for mass rearing of the tobacco caterpillar, Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae). Int. J. Trop.Insect Sci. 25: 55-58.

Komarrudin, D. Sabar.2017. Percobaan Pembuatan Pakan Buatan Untuk Penggerek Batang Tebu. Laporan Manajemen Puslit Gula, PTPN X.

Maldonado A. Helber & Ingeborg Z. de Polania. 2010. Evaluation of meredic diets suitable for efficient rearing of Heliothis virencens F. (Lepidoptera: Noctuidae). Revista U.D. C.A. Actualidad & Divulgacion Cientifica 13(2): 163-173.

Oomen, P.A. (1982) Studies On Population Dynamics of Scarlet Mite, Brevipalpus phoenicis, A Pest of Tea In Indonesia. Meded Landbouwhoge School Wagengingen, 82: 1-82.

Rassyd. (2007). Fermentasi ,Pengembangan Produk dan Teknologi Proses. Jakarta.

Reddy, S.v. and F. Waliyar.2008. Properties of Aflatoxin ands Its Producing Fungi. http:/www.aflatoxin.info/aflatoxin.asp. Diakses pada 21 Agustus 2018.

Slansky, F. (1993) Nutritional Ecology: The Fundamental Quest For Nutrient. Champman and Hall, New York.

Sumardiyono, C., A. Wibowo, & Suryanti. 1995. Uji Efikasi Fungisida Topsin-M 70 WP terhadap Penyakit Diplodia natalensis pada Tanaman Jeruk. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian UGM.

Triharso. 1994. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 362 hlm.

Wibowo, L., Martono, E. and Yusuf, E. (1995) Laju Pertumbuhan Intrinsik Nezara viridula Pada Kedelai, Kacang Panjang, dan Buncis. Program Studi Ilmu Hama Tumbuhan. UGM.Yogyakarta.

Zha Chen & Allen C. Cohen. 2014. Effects of anti-fungal compounds on feeding behaviour and nutritional ecology of tobacco budworm and painted lady butterfly larvae. Entomol. Ornithol. Herpathol. 3(1): 2-9.