Pages

Thursday 28 February 2013

Melaju Bersama Varietas Menuju Swasembada Gula 2014

Oleh : Sayidatul Ahmad


“Tiada hari tanpa manisnya gula “, adalah  sepenggal kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan betapa gula merupakan kebutuhan masyarakat yang sangat penting. Pemanfaatan gula oleh masyarakat yang sangat beragam, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung rumah tangga maupun untuk kebutuhan industri, merupakan salah satu penyebab kebutuhan gula dalam negeri yang selalu mengalami peningkatan. 

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi penghasil gula yang cukup besar. Dengan posisi berada di bawah garis katulistiwa, merupakan modal yang cukup baik untuk menjadikan Negara agraris ini sebagai  Negara sewasembada gula. Namun fakta berkata lain, sejak awal tahun 1990an hingga sekarang ini Indonesia selalu mengimpor gula. Setiap tahunnya lebih dari 500 ribu ton gula  yang dimasukkan ke negara yang mayoritas penduduknya adalah petani ini. Pemerintah sendiri menargetkan Indonesia akan berswasembada gula pada tahun 2014, namun dengan melihat apa yang terjadi sekarang ini mungkinkah target tersebut dapat tercapai????

Untuk mendukung program swasembada gula nasional, maka tahap awal kegiatan adalah dengan meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman tebu yang nota bene  tanaman tebu tersebut sebagai penghasil gula. Produksi gula merupakan sinergi dari produktivitas tanaman tebu sebagai bahan baku dan kinerja pabrik gula. Pada tanaman, produktivitas ditentukan oleh faktor genetik yaitu varietas, faktor lingkungan yaitu teknik budidaya dan interaksi keduanya. Produktivitas tanaman akan optimal kalau kedua faktor tersebut dikelola dengan baik (Produktivitas = Genetik + Lingkungan)
.
Indonesia sendiri saat ini sudah mempunyai beberapa varietas tebu yang cukup mumpuni dan mampu menghasilkan produksi gula yang cukup baik, serta didukung dengan program penataan varietas yang tepat yaitu 40% masak awal, 40% masak tengah dan 20% masak akhir, maka diharapkan peningkatan produktivitas hasil tebu dan gula di wilayah pengembangan tebu rakyat dapat tercapai.  Beberapa varietas yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain dengan komposisi varietas masak awal yaitu : PS 851, PS 862, PS 891, PS 881, PSBM 901, komposisi varietas masak tengah yaitu : PS 882, Kentung, Kidang Kencana, VMC 76-16,  komposisi varietas masak akhir yaitu : Bululawang dan PS 864,  termasuk  juga varietas yang baru dirilis oleh PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) di tahun 2011 yaitu varietas PSJK 922. Varietas – varietas tersebut cukup mampu di andalkan kontribusinya untuk swasembada gula tahun 2014.

Ada hal yang perlu diperhatikan dalam  penggunaan varietas tebu yaitu tentang dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang yang dimaksudkan adalah tipologi wilayah yang ditanami tebu. Suatu varietas unggul tebu mempunyai persyaratan kesesuaian lokasi yang dapat berbeda satu sama lain. Ada varietas yang cocok untuk lahan kering, ada pula yang cocok untuk lahan berpengairan. Ada varietas yang tumbuh di tekstur berat, ada pula yang sesuai untuk tekstur ringan. Demikian juga ada varietas toleran terhadap drainase yang buruk, ada pula yang hanya mampu tumbuh pada drainase yang baik. Produktivitas yang optimal dapat dicapai dengan penempatan varietas sesuai dengan tipologi wilayah yang dikelola untuk pertanaman tebu. Penanaman varietas tebu pada tipologi yang tidak tepat akan menurunkan produktivitas.

Dimensi waktu adalah menyangkut kapan suatu varietas dapat ditebang optimal. Suatu varietas tebu mempunyai sifat kemasakan yaitu puncak rendemen dimana varietas tebu tersebut harus ditebang, penebangan yang tidak sesuai dengan tipe kemasakannya akan menurunkan potensi rendemen. Produktivitas yang optimal akan tercapai bila selama masa gilingnya pabrik gula mendapatkan bahan baku dari varietas yang dipanen sesuai dengan kemasakannya. Oleh karena itu, komposisi kemasakan harus diatur agar sesuai dengan kebutuhan giling pabrik gula.

Hal lain yang perlu diketahui adalah bahwa varietas-varietas yang saat ini beredar di masyarakat luas, banyak yang telah mengalami degradasi yaitu penurunan kualitas varietas tebu, baik dari segi tinggi batang, diameter, rendemen maupun hablur yang secara otomatis akan berdampak pada hasil akhir produksi gula. Seperti produk teknologi yang lain, varietas tebu juga mempunyai masa produktif sekitar 5 (lima) tahun. Pertanaman tebu selain ditumbuhkan dari penanaman bibit (PC), juga dapat tumbuh dari pengeprasan batang lama. Pengeprasan atau ratooning dapat dilakukan berkali-kali namun makin tinggi keprasannya produktivitas makin turun. Apabila tidak dikelola dengan baik, yaitu terus melakukan pengeprasan, produktivas akan turun. Oleh karena itu pengeprasan disarankan tidak lebih dari dua kali dan setiap kali membongkar keprasan dilakukan pergantian varietas.
      
Pergiliran varietas yaitu mengganti varietas lama dengan varietas baru wajib dilakukan guna menjaga produktivitas tebu.  Kegiatan meregenerasi varietas  ini sudah mulai banyak dilakukan oleh instansi pemerintah, perusahaan milik negara maupun perusahaan swasta,  namun tahukah anda bagaimana cara mendapatkan varietas tebu unggul baru yang baik???? Untuk mendapatkan varietas tebu yang baik dapat dilakukan dengan program pemuliaan tanaman. Tujuan dari program pemuliaan tanaman tebu antara lain yaitu mendapatkan hasil tebu yang dipanen per satuan luas tinggi, rendemen tinggi, habitus tegak dan tidak mudah roboh, mudah diklentek, tahan hama penyakit dan memiliki daya ratoon yang baik.

Pemuliaan tanaman ada dua macam yaitu secara modern dan tradisional. Pemuliaan tanaman tebu secara modern adalah dengan rekayasa genetika. Rekayasa genetika memungkinkan pemindahan satu atau beberapa gen yang dipindahkan dari satu tanaman ke tanaman lain, serta mampu memindahkan materi genetika dari sumber yang sangat beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih singkat. Namun, kegiatan pemuliaan tanaman tebu dengan rekayasa genetika ini memiliki kelemahan antara lain membutuhkan biaya yang mahal untuk kebutuhan sarana prasarana serta ketrampilan sumber daya manusia (analis) yang mumpuni dalam melakukan transfer genetik.

Sedangkan pemuliaan tanaman secara tradisional dilakukan melalui proses penyilangan atau perbaikan tanaman. Mengingat tanaman tebu termasuk tanaman menyerbuk silang, maka proses tradisional ini dilakukan melalui penyerbukan dengan perantara angin, serangga penyerbuk maupun bantuan manusia. Pemuliaan tanaman secara tradisional memiliki kelemahan yaitu memerlukan waktu yang cukup panjang hingga dihasilkan varietas unggul baru.

Mengingat di Indonesia saat ini hanya ada 2 (dua) lembaga yang telah konsisten di dalam melakukan perakitan varietas tanaman tebu yaitu P3GI Pasuruan dan Gunung Madu Plantation Lampung, maka PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) di awal tahun 2012 telah mulai mengembangkan sayap ke arah program pemuliaan tanaman tebu secara tradisional yaitu melalui persilangan. Kegiatan perakitan varietas tanaman tebu melalui persilangan ini berlokasi di Pusat Penelitian Gula Kediri dan telah berhasil mengembangkan 8 (delapan) kombinasi persilangan dengan hasil ± 3.119 biji semai. Dari biji hasil persilangan tersebut, perlu dilakukan beberapa tahapan seleksi sebelum pada akhirnya mendapatkan klon unggul harapan yang mampu menggantikan varietas utama yang telah mengalami degradasi klonal.
  
Di dalam pelaksanaan persilangan seringkali dihadapkan pada kendala yang terkait dengan pembungaan tanaman tebu, karena secara alamiah tidak setiap tanaman tebu dapat berbunga, sementara persilangan hanya bisa dilakukan antar tetua yang berbunga dan terjadi secara bersamaan. Meskipun berbunga apabila pembungaannya tidak terjadi secara bersamaan maka tidak memungkinkan untuk dapat disilangkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka Pusat Penelitian Gula mencoba membangun fasilitas bangsal pembungaan tebu yang berfungsi untuk membungakan varietas–varietas tebu yang secara alamiah tidak berbunga agar dapat berbunga, sehingga memperbesar peluang varietas–varietas potensial yang tidak berbunga agar dapat dijadikan tetua persilangan.


Rangkaian dari segala kegiatan yang sudah dilakukan didalam  persilangan adalah proses panjang guna mendapatkan varietas unggul baru yang dapat secara berkesinambungan mendampingi  perjalanan swasembada gula Indonesia, dan  pada akirnya gula Indonesia tidak hanya menjadi tuan rumah di negeri sendiri, tapi juga mampu menjadi sumber manihnya kehidupan di negeri lain.