Dalam ilmu kesuburan
tanah dikenal ada tiga tipe unsur hara berdasarkan kebutuhan tanaman
yaitu: Unsur hara esensial/pokok (N, P,
K), Unsur Hara sekunder (S, Ca, Mg, Si), dan Unsur Hara Mikro (Fe, Mn, B, Cu,
Zn, Mo, Cl).
Menurut hukum minimum liebig:
“produksi suatu tanaman sangat dipengaruhi
oleh factor yang paling terbatas/minimum”, sehingga unsur yang paling kecil
juga bisa sangat menentukan dalam pencapaian produksi, yang digambarkan oleh
liebig seperti bejana dimana dimasing-masing sisi bejana merupakan gambaran
dari kumpulan unsur hara dan factor lingkungan.
Sulfur termasuk dalam
unsur hara non esensial, dimana merupakan salah satu dari 16 unsur hara yang
dibutuhkan setelah Nitrogen, Posfat dan Kalium, sehingga sulfur juga
berpengaruh pada hasil tanaman dan kualitas tanaman, beberapa literasi menyebutkan
bahwa sulfur memiliki beberapa kegunaan, seperti berikut:
1 1. Pembentukan tunas dan klorofil
2 2. Pembentukan bintil akar
3 3. Meningkatkan kekebalan tanaman terhadap
pathogen
4 4. Berfungsi pada pembentukan asam amino
esensial
5 5. Membuat pupuk P menjadi tersedia (sulfur
mencegah Fe dan Al mengikat P)
6 6. Pada tanaman tertentu sulfur memperbaiki
rasa/aroma, warna dan kelenturan pada
daun tembakau
Sedangkan kekurangan
unsur sulfur menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, kerdil, kurus,
batang pendek, biasanya kekurangan unsur sulfur ditandai dengan munculnya warna
kekuningan pada daun.
Gambar 2 Gejala Defisiensi Sulfur Pada Tanaman
Lalu bagaimana pengaruh
sulfur pada tebu?
Belum
banyak literasi yang menyebutkan kebutuhan sulfur untuk tanaman tebu, Di Mauritius
disebutkan kebutuhan sulfur untuk tebu sebesar kebutuhan tebu akan unsur hara
Mn sebesar 15-25 Kg per ha dan ada juga yang menyatakan kebutuhan sulfur
sebanding dengan kebutuhan Posfat, sulfur dikatakan cukup bila pada analisa
daun angka sulfur berkisar pada 0,2-0,5 %(Ahmed hamid, AM et all, 2014) sedangkan
menurut Mcray J Mabry et all. 2014, angka optimum sulfur pada daun berkisar
pada angka 0,13-0,18.
Menurut Ali 1986 dan
humbert 1968 et Ahmed hamid, AM et all, 2014 bahwa pada 100 ton tebu yang
dipanen terdapat 47,6 Kg S04, sehingga Sulfur diduga menjadi unsur
hara yang saat ini jumlahnya terus menurun hal ini disebabkan jumlah S yang
terangkut bersamaan dengan panen, tidak pernah digantikan dengan penambahan
pupuk sulfur pada rekomendasi pemupukan yang hanya mementingkan unsur N, P dan
K tanpa mempertimbangkan unsur hara yang lain, terutama pada kebun-kebun yang
hanya menggunakan pupuk NPK dan urea saja,
Namun di Indonesia
pemenuhan kebutuhan sulfur dibeberapa kebun dipenuhi dari penggunaan pupuk SP36
dimana kandungan sulfurnya 5% (2-3 Ku SP36/ha mengandung 10-15 Kg Sulfur) dan
ZA dimana kandungan sulfurnya 24% (4 Ku ZA/ha mengandung 84 kg sulfur) sehingga
sebenarnya kebutuhan sulfur masih bisa dipenuhi dan bahkan berlebih
Selain itu Sulfur juga dapat
diperoleh secara alami dari penguraian hewan yang mati oleh mikroorganisme ,
hasil pembakaran pabrik yang membawa
sulfur ke atmosfer dan kembali ke tanah melalui hujan
Gambar 3. Siklus Sulfur
Hal ini dijelaskan pada gambar 3. Proses rantai makanan
disebut-sebut sebagai proses perpindahan sulfat, yang selanjutnya ketika semua
mahluk hidup mati dan nanti akan diuraikan oleh komponen organiknya yakni
bakteri. Beberapa bakteri yang terlibat dalam proses daur belerang (sulfur)
adalah Desulfibrio dan Desulfomaculum yang nantinya akan berperan mereduksi
sulfat menjadi sulfida dalam bentuk (H2S)
atau hidrogen sulfida. Sulfida sendiri nantinya akan dimanfaatkan oleh bakteri
Fotoautotrof anaerob seperti halnya Chromatium dan melepaskan sulfur serta oksigen.
Bakteri kemolitotrof seperti halnya Thiobacillus yang akhirnya akan mengoksidasi
menjadi bentuk sulfat.
Sulfur dalam daun diserap oleh
tanaman dalam bentuk ion SO2 sedangkan dalam dalam tanah diserap oleh tanaman dalam bentuk ion SO4 sehingga berpotensi
menurunkan pH tanah yang bisa mengakibatkan kerusakan/keracunan pada tanaman
dan membunuh mikroorganisme tanah, sehingga disarankan penggunaan pupuk sulfur
hanya pada kondisi tanah dengan pH normal maupun basa. pH dibawah 5,5
menyebabkan ketersediaan unsur P, K, Cad an Mo semakin menurun, sedangakan pH
diatas 7,5 menyebabkan ketersediaan Mn dan Fe semakin menurun.
Sulfur dalam tanaman dapat menekan
kelebihan nitrat sehingga akibat negative pemupukan nitrat yang berlebih/tinggi
dapat dicegah, itulah sebabnya kenapa penggunaan pupuk ZA lebih disarankan dibanding dengan urea
karena kandungan S dalam pupuk yang secara nyata membuat penggunaan pupuk ZA
dianggap tidak mempengaruhi rendemen berbeda dengan Urea yang bisa mempengaruhi
rendemen
Pada beberapa penelitian didapatkan
penggunaan pupuk sulfur tidak memberikan efek nyata pada peningkatan rendemen,
diantaranya penelitian di cina dan Sudan, menurut Lifang H et all, 2001
penambahaan sulfur sebanyak 60 Kg/ha tidak ada beda nyata memberi pengaruh pada
peningkatan hasil produksi, hal yang sama juga disampaikan oleh Ahmed hamid, AM
et all, 2014 bahwa penggunaan sulfur pada dosis 0 Kg, 28 Kg, 57 Kg, 86 kg, dan
114 Kg per Ha secara nyata sulfur
memberikan pengaruh positif pada produksi tebu namun pada hasil gula sebaliknya
penambahan sulfur produksi gula per ha lebih rendah dibanding control dan yang
menarik pada angka brix % tebu perlakuan lebih tinggi dan berbeda nyata
dibanding control namun tidak berbeda nyata pada pol % tebu
Kesimpulan
Referensi
Ahmed
hamid , AM dan Dagash YM, 2014, Effect Of
Sulfur On SugarCane Yield And Quality at the heavy Clay Soil vertisol of Sudan,
Universal Journal of Applied Science 2(3): 68-71
Lifang
H, Fan S, Libo F,and Zongsheng Z, 2001, Effects of Phosphorus, Potassium, Sulfur, and Magnesium on
SugarCane Yield and Quality in Yunnan,
Better Crop International Vol 15 no 1
Mcaray J Mabry, Rice R, Ezenwa Ike V, Alang T, Baucum
L, 2014, Sugarcane Plant Nutrient
Diagnosis, University of Florida, SS-AGR-128
-----------, 2010,
Sugarcane Agronomy course modul (Fertillizer and fertilization), Mauritius
‘* beberapa diambil dari searching di web google