Oleh :
Sandi Gunawan, S.S.i.
Purnomo Aji, S.P.
Agus Widarto
Misdi
ABSTRAK
Pada umumnya pemeliharaan tanaman tebu keprasan (ratoon) di Indonesia selalu didahului
dengan pembakaran seresah tebu (trash)
sisa hasil panen dikarenakan kesulitan dalam pemeliharaan tanaman selanjutnya
apabila seresah tersebut tidak dibakar. Padahal pembakaran seresah berdampak
negatif pada kesuburan tanah dan produktivitas tanaman tebu dalam jangka
panjang. Trash management merupakan
upaya pengelolaan dan pengembalian seresah tebu ke lahan sebagai sumber bahan
organik in situ. Sejak tahun 2015,
Pusat Penelitian Gula PT. Perkebunan Nusantara X terus meneliti dan
mengembangkan metode
yang efektif dan aplikatif untuk mengembalikan seresah tebu ke lahan pada kebun
tebu yang dipanen secara manual. Penerapan trash
management meliputi : 1. pencacahan seresah tebu setelah panen menggunakan
implemen rotary mulcher/trash shredder
yang bertujuan untuk memperkecil ukuran seresah dan mempercepat laju
dekomposisinya, 2. penataan seresah yang telah dicacah dengan sistem 2-1-2 (2 interrow kosong dan 1 interrow berisi seresah) menggunakan implemen hay rake/ wheel trash rake. Penggunaan metode
ini memungkinkan pemeliharaan tanaman secara mekanis selanjutnya meliputi
pemupukan I, pengemburan/penyiangan I, pemupukan II, dan penggemburan II dapat
dilakukan pada baris antar tanaman tebu (interrow)
yang kosong. Pekerjaan penataan seresah dengan sistem 2-1-2 dapat dihilangkan
jika pemupukan secara mekanis menggunakan implemen fertilizer applicator yang dilengkapi dengan disc coulter. Selain
itu, pengembalian seresah tebu ke lahan memiliki dampak positif bagi kesuburan tanah, meskipun tidak secara signifikan meningkatkan produktivitas tebu dalam
jangka pendek.
Kata kunci : Tebu, trash
management, kesuburan tanah.
PENGANTAR
Gula merupakan komoditas pangan strategis serta termasuk dalam salah satu dari sembilan bahan pokok
masyarakat Indonesia. Permintaan gula terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan peningkatan
populasi dan pertumbuhan ekonomi,
namun hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi gula nasional. Pemerintah
menargetkan swasembada gula konsumsi pada tahun 2019. Diharapkan produksi gula
konsumsi atau gula kristal putih (GKP) mencapai 3,3 juta ton dari kebutuhan
nasional 2,7 juta ton (Julianto, 2017). Mencermati
perjalanan produktivitas gula nasional dari tahun 1918
hingga 2014, nampak adanya kecenderungan
yang terus menurun dengan laju 0,103
ton/ha setiap
tahunnya, dari rata-rata awal 13,1 ton gula/ha menjadi 5,6 ton
gula/ha (Koto et. al., 2015). Menurut Wirasuta (2016), pencapaian produksi tebu nasional pada 12 tahun terakhir
dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2015 berfluktuasi, produktivitas tebu di kisaran 67,3
- 81,8 ton/ha, kandungan sukrosa pada kisaran 6,47 - 8,28% dan produktivitas gula pada kisaran 5,29 - 6,11 ton/ha.
Banyak faktor yang mempengaruhi menurunnya produktivitas
gula nasional, baik dari sisi on farm, off farm maupun
kebijakan pergulaan. Penanaman tebu yang semakin bergeser ke lahan kering (rainfed) dan marginal ditunjukkan dengan
kesuburan tanah yang rendah merupakan salah satu permasalahan di sisi on farm (Subiyono, 2014; Koto et. al., 2015). Kurangnya upaya penambahan bahan organik seperti kompos ke
lahan ditambah kebiasaan pembakaran seresah sisa hasil panen
tebu mempercepat penurunan
kualitas dan kesuburan tanah.
Pembakaran
seresah tebu dapat menghilangkan potensi ketersediaan bahan organik dan unsur
hara dari proses dekomposisi di lahan (Gunawan et. al., 2017). Makalah ini bertujuan untuk membahas dan mendiskusikan
pentingnya penerapan trash management
atau upaya pengembalian seresah tebu ke lahan beserta hasil-hasil
penelitiannya. Pengetahuan tentang trash
management dan berbagai manfaatnya diharapkan dapat menjadi salah satu
referensi dan acuan dalam upaya untuk peningkatan kesuburan tanah dan produktivitas
gula.
PENGERTIAN TRASH MANAGEMENT
Trash management atau manajemen seresah tebu merupakan
upaya pengelolaan dan pengembalian trash
atau seresah tebu sisa hasil panen untuk dikembalikan ke lahan sebagai sumber
bahan organik in situ dan bermanfaat
dalam menjaga kesehatan tanah serta produktivitas tanaman tebu (Koto et. al., 2015; Suma
and Savitha, 2015). Mendoza et. al. (2001),
menyatakan beberapa manfaat pengembalian seresah tebu ke lahan antara lain
melindungi tanah, memperbaiki sifat fisik tanah, memperbaiki kesuburan tanah,
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dan mengendalikan pertumbuhan gulma.
PRODUKSI DAN KANDUNGAN SERESAH TEBU
Kegiatan pemanenan
tebu menghasilkan seresah tebu dalam jumlah banyak. Seresah hasil tebangan di lahan
tebu mencapai 7 - 40 ton per hektar. Hal ini tergantung dari varietas tebu dan
tingkat produktivitas tebu (Robertson and Thorburn, 2000; Romero et. al., 2009;
Gunawan et al., 2017). Gunawan et al. (2017) dan Suma and Savitha (2015)
melaporkan bahwa seresah tebu mengandung C-organik serta unsur hara makro
maupun mikro dalam jumlah yang cukup banyak.
PENERAPAN TRASH MANAGEMENT PADA
TANAMAN RATOON
Tanaman tebu pertama
(Plant Cane) merupakan periode penanaman
tebu yang menggunakan bibit sejak tanam dari awal, sedangkan tanaman tebu yang
tumbuh kembali setelah panen tebu pertama disebut tebu keprasan atau Ratoon Cane. Pada saat pemanenan tebu
dihasilkan seresah tebu (trash) yang
terdiri dari daun kering (daduk),
pucukan tebu serta sisa batang tebu yang tertinggal di lahan. Umumnya pemeliharaan tanaman tebu keprasan (ratoon) pada pemanenan tebu secara
manual selalu didahului dengan pembakaran seresah tebu sisa panen dikarenakan
kesulitan dalam pekerjaan pemeliharaan tanaman selanjutnya apabila seresah
tersebut tidak dibakar. Padahal efek pembakaran seresah tebu berdampak negatif
pada kesuburan tanah dan produktivitas tanaman tebu dalam jangka panjang. Hal
ini dapat dipahami, karena memang belum didapatkan metode yang efektif dan
aplikatif dalam pengembalian seresah tebu
ke lahan pada pemanenan manual. Sedangkan pada pemanenan tebu secara
mekanis menggunakan chopper harvester,
seresah tebu sudah tercacah menjadi
ukuran kecil sehingga tidak mengganggu dalam pemeliharaan tanaman selanjutnya.
Sejak tahun 2015,
Pusat Penelitian Gula PT. Perkebunan Nusantara X telah meneliti dan mengkaji
penerapan trash management pada
tanaman ratoon di kebun dengan
pemanenan atau tebangan manual. Pengelolaan dan pengembalian seresah tebu ke
lahan meliputi : 1. Pencacahan seresah setelah panen menggunakan implemen rotary mulcher/trash shredder (Shaktiman tipe SRM 2.2 M) yang ditarik oleh traktor
90 HP, bertujuan untuk memperkecil ukuran seresah guna mempercepat laju
dekomposisi dan meminimalisir resiko serangan hama tikus, 2. Penataan seresah yang
telah dicacah dengan sistem 2-1-2 (2 interrow
kosong dan 1 interrow berisi seresah)
menggunakan implemen hay rake/wheel trash rake. Penerapan sistem ini
dapat mempermudah pekerjaan pemeliharaan
tanaman selanjutnya menggunakan traktor besar (90 - 105 HP) meliputi pemupukan
I, pengemburan/penyiangan I, pemupukan II, dan penggemburan II dapat dilakukan
pada baris antar tanaman tebu (interrow)
yang kosong (Gambar 1) (Gunawan et. al., 2017).
PRODUKSI TEBU, GULA DAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK TANAH
Berdasarkan
hasil penelitian Gunawan et. al., (2017)
kebun dengan kategori ratoon pertama
(RC I) dimana seresah tebunya tidak dibakar menghasilkan tebu dan gula sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan kebun yang dibakar. Begitupula dengan
kandungan bahan organik tanah pada kebun tanpa pembakaran seresah sedikit lebih
tinggi dibandingkan kebun yang seresahnya
dibakar. Hal ini selaras dengan penelitian Munoz-Arboleda dan Quintero-Duran
(2009) bahwa seresah tebu cukup efektif dalam mempertahankan bahkan
meningkatkan produktivitas tebu dalam periode ratoon yang panjang. Peningkatan dosis pupuk anorganik, tidak dapat
mengkompensasi efek negatif dari pembakaran seresah tebu dari lahan.
KESIMPULAN
Penerapan trash management pada tanaman tebu ratoon meliputi pencacahan seresah tebu setelah
panen menggunakan implemen rotary mulcher/trash
shredder dan penataan seresah yang telah dicacah dengan sistem 2-1-2 (2 interrow kosong dan 1 interrow berisi seresah) menggunakan
implemen hay rake/ wheel trash rake.
Penggunaan metode ini memungkinkan pemeliharaan tanaman secara mekanis
selanjutnya. Pekerjaan penataan seresah dengan sistem 2-1-2 dapat dihilangkan
jika pemupukan secara mekanis dilakukan menggunakan implemen fertilizer applicator yang dilengkapi
dengan disc coulter. Selain itu, pengembalian seresah tebu ke lahan memiliki dampak positif bagi kesuburan tanah, meskipun tidak secara signifikan meningkatkan produktivitas tebu dalam
jangka pendek.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,
S., S. Koto, P. Aji and A. Widarto. 2017. Sugarcane Trash Management After
Manual Harvest and Its Impact on Productivity. Proceeding of The International Sugarcane Conference in Conjunction
with World Plantation Conferences and Exhibition (WPLACE). Indonesian Sugar
Research Institute. Jakarta, October 18-20, 2017.
Gunawan,
S. 2017. Implementasi Trash Management
untuk Peningkatan Produktivitas Tebu dan Kesuburan Tanah serta Implemen
Pendukungnya. Disampaikan pada
Pelatihan Petugas Teknis dan Petani Tebu Provinsi Lampung. Kediri, 24 - 27
Oktober 2017.
Julianto,
P.A. 2017. Pemerintah Optimistis Target Swasembada
Gula Tercapai pada 2019. Diakses dari https://ekonomi.kompas.com/read/2017/06/20/190539626/pemerintah.optimistis.target.swasembada.gula.tercapai.pada.2019.
Diakses tanggal 1 September 2018.
Koto,
S., M. Ma’ruf, N. Setyanisngsih, A. K. Sari, S. Gunawan, I. Ilhamsyah dan M. B.
Nugroho. 2015. Panduan Aplikasi Budidaya
Tebu. Cetakan Pertama. PT Perkebunan Nusantara X. Surabaya.
Mendoza,
T.C., R. Samson and T. Helwig. 2001. Evaluating The Many Benefits of Sugarcane
Trash Farming Systems. Philippine Journal
of Crop Science 2001, 27 (1) : 43-51.
Munoz-Arboleda, F. and R. Quintero-Duran.
2010. Trash Management After Green Cane
Harvesting And Its Effect On Productivity And Soil Respiration. Proc. Int. Soc. Sugar Cane Technol., Vol. 27
: 1-8.
Robertson, F.A. and
P.J. Thorburn. 2000. Trash Management-Consequences for Soil Carbon and
Nitrogen. Proc. Aust. Soc. Sugarcane
Technol., Vol. 22 : 225-229.
Romero, E.R., J.
Scandaliaris, P. Digonzelli, L. Alonso, F.L. Neme, J. Giardina, S. Casen, J.
Tonatto and J.F.D. Ulliva rri. 2007. Sugarcane
Potential Trash Estimation : Variety and Cane Yield Effect. Proc. Int. Soc.
Sugar Cane Technol., Vol. 26 : 421-425.
Subiyono,
2014. Terobosan Pemikiran Menggapai
Kejayaan Industri Gula Nasional. Cetakan Pertama. PT Perkebunan Nusantara X
(Persero). Surabaya.
Suma,
R. and C.M. Savitha. 2015. Integrated Sugarcane Trash Management : A Novel
Technology for Sustaining Soil Health and Sugarcane Yield. Adv Crop Sci Tech., Vol. 3 : 1-4.
Wirasuta,
G. 2016. Kebijakan dan Fasilitas Pemerintah dalam Mekanisasi Perkebunan Tebu. Disampaikan pada Semiloka Membangun Sistem Mekanisasi Perkebunan Tebu. Yogyakarta, 6
April 2016.