Pages

Wednesday 26 September 2018

PENERAPAN TRASH MANAGEMENT PADA TANAMAN TEBU RATOON SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESUBURAN TANAH DAN PRODUKTIVITAS TEBU

Oleh : 
Sandi Gunawan, S.S.i.
Purnomo Aji, S.P.
Agus Widarto
Misdi



ABSTRAK

Pada umumnya pemeliharaan tanaman tebu keprasan (ratoon) di Indonesia selalu didahului dengan pembakaran seresah tebu (trash) sisa hasil panen dikarenakan kesulitan dalam pemeliharaan tanaman selanjutnya apabila seresah tersebut tidak dibakar. Padahal pembakaran seresah berdampak negatif pada kesuburan tanah dan produktivitas tanaman tebu dalam jangka panjang. Trash management merupakan upaya pengelolaan dan pengembalian seresah tebu ke lahan sebagai sumber bahan organik in situ. Sejak tahun 2015, Pusat Penelitian Gula PT. Perkebunan Nusantara X terus meneliti dan mengembangkan metode yang efektif dan aplikatif untuk mengembalikan seresah tebu ke lahan pada kebun tebu yang dipanen secara manual. Penerapan trash management meliputi : 1. pencacahan seresah tebu setelah panen menggunakan implemen rotary mulcher/trash shredder yang bertujuan untuk memperkecil ukuran seresah dan mempercepat laju dekomposisinya, 2. penataan seresah yang telah dicacah dengan sistem 2-1-2 (2 interrow kosong dan 1 interrow berisi seresah) menggunakan implemen hay rake/ wheel trash rake. Penggunaan metode ini memungkinkan pemeliharaan tanaman secara mekanis selanjutnya meliputi pemupukan I, pengemburan/penyiangan I, pemupukan II, dan penggemburan II dapat dilakukan pada baris antar tanaman tebu (interrow) yang kosong. Pekerjaan penataan seresah dengan sistem 2-1-2 dapat dihilangkan jika pemupukan secara mekanis menggunakan implemen fertilizer applicator yang dilengkapi dengan disc coulter. Selain itu, pengembalian seresah tebu ke lahan memiliki dampak positif bagi kesuburan tanah, meskipun tidak secara signifikan meningkatkan produktivitas tebu dalam jangka pendek.

Kata kunci : Tebu, trash management, kesuburan tanah.



PENGANTAR
Gula merupakan komoditas pangan strategis serta termasuk dalam salah satu dari sembilan bahan pokok masyarakat Indonesia. Permintaan gula terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan peningkatan populasi dan pertumbuhan ekonomi, namun hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi gula nasional. Pemerintah menargetkan swasembada gula konsumsi pada tahun 2019. Diharapkan produksi gula konsumsi atau gula kristal putih (GKP) mencapai 3,3 juta ton dari kebutuhan nasional 2,7 juta ton (Julianto, 2017). Mencermati perjalanan produktivitas gula nasional dari tahun 1918 hingga 2014, nampak adanya kecenderungan yang terus menurun dengan laju 0,103 ton/ha setiap tahunnya, dari rata-rata awal 13,1 ton gula/ha menjadi 5,6 ton gula/ha (Koto et. al., 2015). Menurut Wirasuta (2016), pencapaian produksi tebu nasional pada 12 tahun terakhir dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2015 berfluktuasi, produktivitas tebu di kisaran 67,3 - 81,8 ton/ha, kandungan sukrosa pada kisaran 6,47 - 8,28% dan produktivitas gula pada kisaran 5,29 - 6,11 ton/ha.
Banyak faktor yang mempengaruhi menurunnya produktivitas gula nasional, baik dari sisi on farm, off farm maupun kebijakan pergulaan. Penanaman tebu yang semakin bergeser ke lahan kering (rainfed) dan marginal ditunjukkan dengan kesuburan tanah yang rendah merupakan salah satu permasalahan di sisi on farm (Subiyono, 2014; Koto et. al., 2015). Kurangnya upaya penambahan bahan organik seperti kompos ke lahan ditambah kebiasaan pembakaran seresah sisa hasil panen tebu mempercepat penurunan kualitas dan kesuburan tanah. Pembakaran seresah tebu dapat menghilangkan potensi ketersediaan bahan organik dan unsur hara dari proses dekomposisi di lahan (Gunawan et. al., 2017). Makalah ini bertujuan untuk membahas dan mendiskusikan pentingnya penerapan trash management atau upaya pengembalian seresah tebu ke lahan beserta hasil-hasil penelitiannya. Pengetahuan tentang trash management dan berbagai manfaatnya diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan acuan dalam upaya untuk peningkatan kesuburan tanah dan produktivitas gula.

PENGERTIAN TRASH MANAGEMENT
Trash management atau manajemen seresah tebu merupakan upaya pengelolaan dan pengembalian trash atau seresah tebu sisa hasil panen untuk dikembalikan ke lahan sebagai sumber bahan organik in situ dan bermanfaat dalam menjaga kesehatan tanah serta produktivitas tanaman tebu (Koto et. al., 2015; Suma and Savitha, 2015). Mendoza et. al. (2001), menyatakan beberapa manfaat pengembalian seresah tebu ke lahan antara lain melindungi tanah, memperbaiki sifat fisik tanah, memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dan mengendalikan pertumbuhan gulma.

PRODUKSI DAN KANDUNGAN SERESAH TEBU
Kegiatan pemanenan tebu menghasilkan seresah tebu dalam jumlah banyak. Seresah hasil tebangan di lahan tebu mencapai 7 - 40 ton per hektar. Hal ini tergantung dari varietas tebu dan tingkat produktivitas tebu (Robertson and Thorburn, 2000; Romero et. al., 2009; Gunawan et al., 2017). Gunawan et al. (2017) dan Suma and Savitha (2015) melaporkan bahwa seresah tebu mengandung C-organik serta unsur hara makro maupun mikro dalam jumlah yang cukup banyak.

PENERAPAN TRASH MANAGEMENT PADA TANAMAN RATOON
Tanaman tebu pertama (Plant Cane) merupakan periode penanaman tebu yang menggunakan bibit sejak tanam dari awal, sedangkan tanaman tebu yang tumbuh kembali setelah panen tebu pertama disebut tebu keprasan atau Ratoon Cane. Pada saat pemanenan tebu dihasilkan seresah tebu (trash) yang terdiri dari daun kering (daduk), pucukan tebu serta sisa batang tebu yang tertinggal di lahan. Umumnya pemeliharaan tanaman tebu keprasan (ratoon) pada pemanenan tebu secara manual selalu didahului dengan pembakaran seresah tebu sisa panen dikarenakan kesulitan dalam pekerjaan pemeliharaan tanaman selanjutnya apabila seresah tersebut tidak dibakar. Padahal efek pembakaran seresah tebu berdampak negatif pada kesuburan tanah dan produktivitas tanaman tebu dalam jangka panjang. Hal ini dapat dipahami, karena memang belum didapatkan metode yang efektif dan aplikatif dalam pengembalian seresah tebu ke lahan pada pemanenan manual. Sedangkan pada pemanenan tebu secara mekanis menggunakan chopper harvester, seresah tebu sudah tercacah menjadi ukuran kecil sehingga tidak mengganggu dalam pemeliharaan tanaman selanjutnya.

Sejak tahun 2015, Pusat Penelitian Gula PT. Perkebunan Nusantara X telah meneliti dan mengkaji penerapan trash management pada tanaman ratoon di kebun dengan pemanenan atau tebangan manual. Pengelolaan dan pengembalian seresah tebu ke lahan meliputi : 1. Pencacahan seresah setelah panen menggunakan implemen rotary mulcher/trash shredder (Shaktiman tipe SRM 2.2 M) yang ditarik oleh traktor 90 HP, bertujuan untuk memperkecil ukuran seresah guna mempercepat laju dekomposisi dan meminimalisir resiko serangan hama tikus, 2. Penataan seresah yang telah dicacah dengan sistem 2-1-2 (2 interrow kosong dan 1 interrow berisi seresah) menggunakan implemen hay rake/wheel trash rake. Penerapan sistem ini dapat mempermudah  pekerjaan pemeliharaan tanaman selanjutnya menggunakan traktor besar (90 - 105 HP) meliputi pemupukan I, pengemburan/penyiangan I, pemupukan II, dan penggemburan II dapat dilakukan pada baris antar tanaman tebu (interrow) yang kosong (Gambar 1) (Gunawan et. al., 2017).



PRODUKSI TEBU, GULA DAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK TANAH

Berdasarkan hasil penelitian Gunawan et. al., (2017) kebun dengan kategori ratoon pertama (RC I) dimana seresah tebunya tidak dibakar menghasilkan tebu dan gula sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kebun yang dibakar. Begitupula dengan kandungan bahan organik tanah pada kebun tanpa pembakaran seresah sedikit lebih tinggi dibandingkan  kebun yang seresahnya dibakar. Hal ini selaras dengan penelitian Munoz-Arboleda dan Quintero-Duran (2009) bahwa seresah tebu cukup efektif dalam mempertahankan bahkan meningkatkan produktivitas tebu dalam periode ratoon yang panjang. Peningkatan dosis pupuk anorganik, tidak dapat mengkompensasi efek negatif dari pembakaran seresah tebu dari lahan.


KESIMPULAN
Penerapan trash management pada tanaman tebu ratoon meliputi pencacahan seresah tebu setelah panen menggunakan implemen rotary mulcher/trash shredder dan penataan seresah yang telah dicacah dengan sistem 2-1-2 (2 interrow kosong dan 1 interrow berisi seresah) menggunakan implemen hay rake/ wheel trash rake. Penggunaan metode ini memungkinkan pemeliharaan tanaman secara mekanis selanjutnya. Pekerjaan penataan seresah dengan sistem 2-1-2 dapat dihilangkan jika pemupukan secara mekanis dilakukan menggunakan implemen fertilizer applicator yang dilengkapi dengan disc coulter. Selain itu, pengembalian seresah tebu ke lahan memiliki dampak positif bagi kesuburan tanah, meskipun tidak secara signifikan meningkatkan produktivitas tebu dalam jangka pendek.



DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, S., S. Koto, P. Aji and A. Widarto. 2017. Sugarcane Trash Management After Manual Harvest and Its Impact on Productivity. Proceeding of The International Sugarcane Conference in Conjunction with World Plantation Conferences and Exhibition (WPLACE). Indonesian Sugar Research Institute. Jakarta, October 18-20, 2017.
Gunawan, S. 2017. Implementasi Trash Management untuk Peningkatan Produktivitas Tebu dan Kesuburan Tanah serta Implemen Pendukungnya. Disampaikan pada Pelatihan Petugas Teknis dan Petani Tebu Provinsi Lampung. Kediri, 24 - 27 Oktober 2017.
Julianto, P.A. 2017. Pemerintah Optimistis Target Swasembada Gula Tercapai pada 2019. Diakses dari https://ekonomi.kompas.com/read/2017/06/20/190539626/pemerintah.optimistis.target.swasembada.gula.tercapai.pada.2019. Diakses tanggal 1 September 2018.
Koto, S., M. Ma’ruf, N. Setyanisngsih, A. K. Sari, S. Gunawan, I. Ilhamsyah dan M. B. Nugroho. 2015. Panduan Aplikasi Budidaya Tebu. Cetakan Pertama. PT Perkebunan Nusantara X. Surabaya.
Mendoza, T.C., R. Samson and T. Helwig. 2001. Evaluating The Many Benefits of Sugarcane Trash Farming Systems. Philippine Journal of Crop Science 2001, 27 (1) : 43-51.
Munoz-Arboleda, F. and R. Quintero-Duran. 2010. Trash Management After Green Cane Harvesting And Its Effect On Productivity And Soil Respiration. Proc. Int. Soc. Sugar Cane Technol., Vol. 27 : 1-8.
Robertson, F.A. and P.J. Thorburn. 2000. Trash Management-Consequences for Soil Carbon and Nitrogen. Proc. Aust. Soc. Sugarcane Technol., Vol. 22 : 225-229.
Romero, E.R., J. Scandaliaris, P. Digonzelli, L. Alonso, F.L. Neme, J. Giardina, S. Casen, J. Tonatto and J.F.D. Ulliva rri. 2007. Sugarcane Potential Trash Estimation : Variety and Cane Yield Effect. Proc. Int. Soc. Sugar Cane Technol., Vol. 26 : 421-425.
Subiyono, 2014. Terobosan Pemikiran Menggapai Kejayaan Industri Gula Nasional. Cetakan Pertama. PT Perkebunan Nusantara X (Persero). Surabaya.
Suma, R. and C.M. Savitha. 2015. Integrated Sugarcane Trash Management : A Novel Technology for Sustaining Soil Health and Sugarcane Yield. Adv Crop Sci Tech., Vol. 3 : 1-4.
Wirasuta, G. 2016. Kebijakan dan Fasilitas Pemerintah dalam Mekanisasi Perkebunan Tebu. Disampaikan pada Semiloka Membangun Sistem Mekanisasi Perkebunan Tebu. Yogyakarta, 6 April 2016.