Pages

Thursday 6 December 2018

KEGIATAN SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN PERTANIAN III DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Kegiatan Seminar Nasional Pembangunan Pertanian III
Di Universitas Brawijaya 
Tgl. 1 Desember 2018

Oleh : Sabar Dwi Komarrudin, S.P.
Dita Widi Atmaja, S.P.


I.      Dasar
1.    Surat Tugas PT. Perkebunan Nusantara X No. IC-PERPG/18.175 Tanggal 28 November 2018.

II.      Latar Belakang
Pertanian adalah pondasi dasar ekonomi bangsa, dengan pembangunan pertanian yang baik akan berimbasa pada perekonomian yang stabil. Pembangunan pertanian terhadap perekonomian suatu bangsa adalah berbanding lurus. Suatu bangsa dapat dikatakan menjadai bangsa yang maju apabila seluruh kebutuhan primer rakyatnya terpenuhi yaitu pangan. Teknologi mobile juga dapat digunakan inovasi pertanian. Ini bertujuan untuk meningkatkan peluang bagi petani dalam mengakses informasi tentang komoditas pertanian melalui layanan informasi tentang komoditas pertanian. Layanan informasi berbasis mobile diperlukan pada saat petani membutuhkan informasi pertanian yang cepat. Sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk mengetahuinya, terutama tentang komoditas seperti harga bibit dan ketersediaan pupuk, harga komoditas di pasar, luas tanaman komoditas, prediski masa panen dan sarana panen dan sarana untuk mengumpulkan kelompok tani.

Bagi petani dan konsumen sistem pertanian digital akan sangat membantu menghindari dan meminimalisir permainan harga oleh mafia pangan. Adanya sistem pertanian digital akan mempermudah distribusi dari petani hingga konsumen dengan memperpendek sistem rantai pasok pangan. Sistem pertanian digital tidak terbatas waktu dan tempat untuk mengaksesnya dan berpeluang meningkatkan keberdayaan petani. Sehingga diharapkan mampu menurunkan ketimpangan akses pangan, mempercepat pemenuhan kebutuhan pangan dari satu daerah ke daerah lainnya dan berkontribusi nyata terhadap pembangunan perekonimian di Indonesia.

III.      Tujuan
Merealisasikan cetak biru (blue print) yang dapat digunakan sebagai guideline oleh pemerintah periode 2015-2019 dalam peningkatan sinergi dan inovasi teknologi maupun kebijakan pembangunan pertanian untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat petani.

IV    Tempat dan Waktu
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN PERTANIAN III ini dilaksanakan di Gedung Widyaloka, Universitas Brawijaya, Malang pada hari Sabtu, tanggal 01 Desember 2018.

V.           Pelaksana
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN PERTANIAN III ini diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

VI.           Resume
SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN PERTANIAN III diikuti oleh lebih dari 200 peserta dari kalangan mahasiswa, perguruan tinggi, pemerintahan dan BUMN yang membawakan makalah bidang sosial ekonom pertanian.
Acara dibuka oleh Rektor Universitas Brawijaya (Prof. Dr. Ir Nuhfil Hanani, MS) Bertindak sebagai Keynote Speaker pertama adalah Dr. Bayu Krisnamurthi, MS (Ketua Dewan Penasehat PP PERHEPI) yang mengambil judul “Pentingnya Revolusi Industri 4.0”. Keynote Speaker kedua adalah Prof. Dr. Ir Nuhfil Hanani, MS. (Rektor UB) yang mengambil judul “Ketahanan Pangan dan Revolusi Industri 4.0”. Keynote Speaker ketiga adalah Prof. Dr. Ir. Rudi Wibowo, MS (Guru Besar Universitas Jember) yang mengambil judul “Mengatasi Perangkap Pangan, Meraih Kemandirian Pangan Nasional”. Keynote Speaker keempat adalah Crhistanti D. Lestariningtyas, SP  (Continious Improvement Manager Corteva) yang mengambil judul “Intensive and Sustainable Farming Optimization In Era Of Industrial Revolution 4.0

Selain Pleno juga dilaksanakan Seminar dan Diskusi Kelompok paralel yang dibagi dalam beberapa kelas  yaitu:
1.    Kelas 1 Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 1 Ruang GB-1.2
2.    Kelas 2 Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 2 Ruang GB-1.3
3.    Kelas 3 Agribisnis dan Manajemen Pertanian 1 Ruang GB-2.1
4.    Kelas 4 Agribisnis dan Manajemen Pertanian 2 Ruang GB-2.2
5.    Kelas 5 Agriculture Biotechnology 1 Ruang GB-2.3
6.    Kelas 6 Agriculture Biotechnology 2 Ruang GB-2.4
7.    Kelas 7 Komunikasi dan Pemberdayaan Pertanian Ruang GB-3.1
8.    Kelas 8 Koperasi dan Kelembagaan Pertanian Ruang GB-3.2

Adapun resume dari SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN PERTANIAN III antara lain sebagai berikut :

1.        Industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Ini termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things (IoT), Big Data, Komputasi Awan dan komputasi kognitif.
2.        Revolusi industri pertama terhjadi akhir abad ke-18. Ditandai dengan ditemukannya alan tenun mekanis pertama pada 1784. Kala itu, industri diperkenalkan dengan fasilitas produksi menkanis menggunakan tenaga air dan uap. Peralatam kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut.
3.        Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Kala itu ada pengenalan produksi massal berdasarkan pembagian kerja.
4.        Pada tahun 1970 ditengarai sebagai perdana kemunculan revolusi industri 3.0. dimulai dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi guna otomatisasi produksi. Sistem otomatisasi komputer membuat mesin industri tidak lagi dikendalikan manusia. Dampaknya memang biaya  ptoduksi menjadi lebih murah.
5.    Revolusi industri 4.0 terjadi pada tahun 2018 yang ditandai dengan cyebr-phisical. Saat ini industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin, dan 
data, semua sudah ada di mana-mana. Istilah ini dikenal dengan nama internet of things (IoT).
6.    Kedepan dunia pertanian harus bisa berkolaborasi dengan bidang lain agar ada sinergi dalam menghadapai revolusi industri 4.0.
7.   Kedaulatan pangan adalah dimana hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan. Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan. Sedangkan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
8.     Sejak tahun 2015 usia harapan hidup sudah mencapai 70,8 tahun dan 53,1 % penduduk sudah tinggal di daerah perkotaan. Pada tahun 2045 diproyeksikan penduduk Indonesia mencapai 3.118,9 juta jiwa. Penduduk membutuhkan pangan yang mencukupi sehingga diaharapkan pada tahun tersebut bisa berswasembada pangan.
9.    Pada tahun 2020-2045 diproyeksikan suhu permukaan bumi akan meningkat hingga 1,50C. Akibat kenaikan suhu ini terjadi perubahan pola hujan bulanan sehingga ajan berpengaruh pada pola tanan dan menurunkan produksi pertanian. Perubahan iklim juga memicu terjadinya badai/gelombang ekstrem di perairan yang dapat mengganggu pelayaran kapan ikan dan berdampak pada turunnya produksi perikanan.
10.  Indonesia berada pada urutan 69 dalam performance ketahanan pangan berdasar Global Food Security Index (GFSI ) 2018. Hal yang paling mencolok mendapat Score rendah dibanding dengan negara Thailand adalah dibidang R&D dan Diet Diversification.
11.    Strategi pengembangan ketahanan pangan era revolusi industri 4.0 antara lain di bidang:
a.   Produksi: Implementasi Precition Agriculture, Economic of Scale, Added Value of Agriculture Product, Perlindungan dan Pemeliharaan Sumberdaya Lahan, dan Perlindungan dan Pemeliharaan Sumber Daya Air.
b.  Pemasaran: Integrasi Pasar (Aplikasi Sistem Informasi Pasar), Market Efficiency, Market Acces, Market Infrastructure, Supply and value Chain of Agriculture 
Products, dan Perbaikan Market Structure.
c.      Kelembagaan: Pengembangan koperasi berbasisi manajemen modern, Corporate farming, Agribusinees development, Trading training, Development of managerial capacity in using technology.
12. Perangkap pangan terjadi karena adanya ketergantungan dengan impor pangan sehingga kebutuhan pangan sulit didapat. Hal tersebut disebabkan ketidakmampuan produk lokal berkompetisi dengan produk impor dan ketidakmampuan dalam menerapkan kebijakan dalam mencapai kedaulatan pangan.
13.   Upaya untuk keluar dari perangkap pangan adalah dengan menerapak kebijakan pangan dalam undang-undang pangan NO 18/2012, yang meliputi kecukupan pangan untuk semua orang, mengurangi kemiskinan dan meningkatakan kesejahteraan petani.
14.  Upaya dalam memperoleh kedaulatan pangan juga bisa dilakukan dengan meningkatkan produksi dan mengembangkan produk lokal yang bisa berdaya saing serta diversifikasi produk lokal dalam konsumsi.
15.  Dalam penelitian produk pertanian harus terintegrasi dengan sistem informasi. Sebagai contoh produksi benih yang dijual ke petani sudah diberi label secara komputer untuk mengetahui produksi benih tersebut. Bahkan di berbagai negara sudah dilakukan penanaman chip ke dalam tanaman untuk memantau perkembangan tanaman lewat komputer. Perusahaan benih sudah mengintegrasikan IoT dalam produknya.
16. Abstrak Sabar Dwi Komarrudin : Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto merupakan salah satu Pabrik Gula terbesar di bawah naungan PT Perkebunan Nusantara X. Kecamatan Mantup yang berada di Kabupaten Lamongan merupakan salah satu wilayah binaan PG Gempolkrep. Keberhasilan Pengembangan Tebu Rakyat adalah bagaimana pihak-pihak terkait yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat menjalankan peran untuk meningkatkan produktivitas tebu dan memenuhi pasokan bahan baku gula yang dibutuhkan pabrik gula. PG Gempolkrep manjalik kemitraan dengan KPTR Rosan Makmur dalam pengembangan areal tebu di Kecamatan Mantup. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan komparatif. Data diperoleh dengan wawancara dan penelusuran dokumen, literatur atau laporan-laporan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui peraan Pabrik Gula dan Koperasi dalam pengembangan
tebu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran PG Gempolkrep dan KPTR Rosan Makmur dalam pengembangan tebu di Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan sangat penting. Kemitraan yang terjalin secara baik dapat meningkatkan luas areal dan produksi tebu. Begitu juga dalam hal penyaluran kredit dari bank juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kata Kuci: Kemitraan, Peran, PG Gempolkrep, KPTR Rosan Makmur, Tebu
17. Abstrak Dita Widi Atmaja: PTPN X menerapkan pertanian berkelanjutan dalam rangka mewujudkan peningkatkan produktivitas secara berkelanjutan sesuai kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Wujud nyata tersebut antara lain; 1). Menjaga keseimbangan ekositem dalam tanah dengan pengembalian sisa tanaman seperti seresah, daduk tebu, blotong, abu ketel dan pemberian biokompos untuk menjaga kesuburan tanah. 2). Menerapkan masa tanam optimal dengan harapan lingkungan dapat memenuhi kebutuhan tanaman secara optimal. 3). Penggunaan agensia hayati Trichograma sp, Cotesia flavipes dan lalat jatiroto untuk mengendalikan hama penggerek tebu serta metarizium sebagai pengendali uret. 4). Pengendalian penyakit dengan menggunakan varietas tahan, tidak menanam varietas rentan penyakit di daerah endemik penyakit dimaksud, pembibitan berjenjang yang terencana untuk menjaga kemurnian dan kesehatan bibit, Perlakuan air panas pada KBN untuk mengeliminasi berbagai penyakit. Pengunaan kebun bibit yang lolos uji sertifikasi, penghilangan sumber inokulum dengan eradikasi tanaman terinfeksi penyakit. Perlindungan bahan tanam dengan fungisida hanya pada varietas rentan didaerah endemik.5)Pengendalian gulma diawali pemetaan dan identifikasi gulma dikebun PTPN X untuk menentukan cara pengendalian. Pengendalian berbagai gulma merambat berdasarkan siklus waktu berbunga. Penentuan komposisi maupun dosis herbisida dan waktu aplikasi herbisida yang tepat sehingga pemakaiannya dapat ditekan serendah mungkin. Langkah-langkah tersebut merupakan peran PTPN X sebagai bagian dari segitiga ekosistem untuk menjaga keseimbangan ekosistem sehingga kesuburan tanah, gangguan OPT, dan pertumbuhan tanaman tebu dapat optimal dalam jangka waktu yang panjang.Kata Kunci : pertanian berkelanjutan, PTPN X