Serangan hama penggerek batang menyebabkan penurunan hasil gula sekitar 10%. Salah satu pengendalian hama penggerek tebu yang dapat dilakukan dengan cara pelepasan parasitoid dan yang dinilai paling efektif adalah menggunakan musuh alami (parasitoid) yaitu Trichogramma spp. dimana parasitoid ini dilepas di kebun dalam bentuk telur yang nantinya akan menetas dan memangsa semua stadia hama penggerek dari telur hingga hama penggerek dewasa. Aplikasi parasitoid secara manual dinilai kurang efektif karena kapasitasnya hanya kecil. Dengan menggunakan drone, telur parasitoid akan disebar dari atas pada ketinggian tertentu dan diharapkan telur tersebar lebih merata dan dalam waktu yang sangat singkat pada lahan yang luas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan drone untuk aplikasi Trichogramma spp. dibandingkan dengan cara konvensional (pias lembar) pada lahan berat di musim penghujan. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai Mei 2021 di kebun HGU PG Pesantren Baru. Metode penelitian disusun menggunakan demoplot, yang terdiri dari 2 perlakuan yaitu : (P1) Aplikasi pias lembar dan (P2) Aplikasi Trichogramma spp. dengan menggunakan drone.
Aplikasi pias lembar maupun dengan drone dilakukan setiap minggu selama 10x (sesuai SOP pemasangan pias Trichogramma spp.). Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali mulai 0 sampai dengan 10 Minggu Setelah Aplikasi (MSA), dengan parameter pengamatan tingkat serangan penggerek pucuk dan penggerek batang. Tingkat serangan penggerek pucuk perlakuan aplikasi Trichogramma spp. menggunakan drone pada pengamatan umur 4 MSA sampai dengan umur 12 MSA, menunjukkan hasil lebih tinggi apabila dibandingkan dengan menggunakan aplikasi pias lembaran.
Pada umur 10 MSA sampai dengan umur 12 MSA, tingkat serangan penggerek batang pada perlakuan aplikasi Trichogramma spp. menggunakan drone menunjukkan hasil lebih rendah apabila dibandingkan dengan menggunakan aplikasi pias lembaran. Aplikasi Trichogramma spp. menggunakan drone akan lebih efektif diaplikasikan pada kondisi lahan ringan (jenis lahan berpasir) maupun di lahan berat (jenis lahan berlempung) yang dilakukan pada musim kemarau. Perlu adanya penelitian lanjutan berupa pengembangan modifikasi penyebaran telur supaya telur tetap dapat diaplikasikan pada musim penghujan dan di lahan jenis tanah berlempung, dimana ketika hujan terjadi genangan air